Mataram (Suara NTB) – Program pendidikan vokasi bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) di NTB terus dikembangkan. Kurikulum SLB vokasi diharapkan bisa membantu anak berkebutuhan khusus (ABK) menciptakan lapangan kerja sendiri.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Dr. Hj. Eva Sofia Sari, S.Pd., M.Pd., pada Rabu 31 Januari 2024 menyampaikan, pihaknya tetap meminta SLB mengembangkan kurikulum vokasi.
Pada pekan lalu, ia melihat progres vokasi pertanian yang dilakukan SLBN 1 Kabupaten Lombok Utara (KLU). Menurutnya, melalui pendidikan vokasi itu, ABK dididik mandiri.
“Agar ABK tidak menjadi beban kehidupan bagi keluarga, tetapi diharapkan bisa juga menciptakan lapangan kerja,” harap Eva Sofia Sari.
Terkait pendidikan vokasi di SLB, pihaknya akan fokus bekerja sama dengan mitra terkait seperti SMK dan pihak Industri dan Dunia Kerja (Iduka). SLB vokasi mengacu pada kurikulum SLB yang lebih menekankan pada pendidikan keterampilan. Eva menyampaikan, dengan adanya keterampilan tersebut, para siswa bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Untuk menyeleraskan pelaksanaan SLB vokasi, maka bidang Pembinaan PK-PLK Dinas Dikbud NTB akan berkolaborasi dengan bidang pembinaan SMK yang juga melaksanakan pendidikan vokasi.
Pihaknya bekerja sama dengan SMK untuk pelaksanaan SLB vokasi. Guru SLB dilatih vokasi di SMK. Salah satunya dengan pemagangan guru SLB di SMK. Di samping itu, pihaknya menggandeng dan memperluas kerja sama dengan pihak industri, agar karya SLB vokasi tidak sekadar jadi bahan belajar tetapi bisa diproduksi dan dipasarkan.
“Jadi bukan hanya sekadar teori tapi juga dapat diaktualisasikan atau diwujudkan agar bisa dinikmati masyarakat luas,” harap Eva.
Menurut Eva, ada 20 item keterampilan ditawarkan direktorat pendidikan khusus terkait SLB vokasi. Namun, sekolah hanya mengakomodir keterampilan yang sesuai dengan keadaan sekolah dan kebutuhan siswanya.
Kurikulum SLB memang diarahkan ke vokasi, tidak hanya untuk SLB negeri, tetapi juga SLB swasta. Menurutnya, kurikulum SLB vokasi ini penting diterapkan SLB karena adanya fakta lulusan SMA dari SLB cuma 2 persen yang melanjutkan ke perguruan tinggi. (ron)