spot_img
Jumat, Desember 13, 2024
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARAPengabdian Tanpa Batas Rela Jual HP Bangunkan Rumah Sederhana bagi Warga Kurang...

Pengabdian Tanpa Batas Rela Jual HP Bangunkan Rumah Sederhana bagi Warga Kurang Mampu

Bhabinkamtibmas Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Bripka Lalu Budi Setiawan (Budi), seolah tanpa batas. Banyak hal yang ia lakukan untuk warga. Mulai dari membangun jembatan penghubung antardusun, membagikan sembako (rutin tiap Jumat), distribusi air bersih saat musim kemarau, hingga kegiatan sosial lain. Terkini, ia membantu membangunkan rumah sederhana milik Amaq Sari di Dusun Batu Santek.

KEPADA koran ini, Rabu 31 Januari 2024, Budi mengaku tergerak membantu membangunkan rumah untuk Amaq Sari. Pasalnya, di salah satu hunian sementara berukuran 3×5 meter peninggalan FPI (Front Pembela Islam) yang dibangun pascagempa, tinggal Amaq Sari bersama 7 orang lainnya. Masing-masing, istri, anak, menantu, dan cucu yang masih bayi. 

Budi mengaku tergerak – bahkan menjadikan Amaq Sari, prioritas untuk dibantu. Hal itu bermula dari satu ketika saat ia mengantar sembako. Ia tak sengaja melintasi gubuk yang ditinggali Amaq Sari. Sekilas gubuk tersebut biasa saja, tidak ada yang aneh. Setelah pemilik ditemui dan diperiksa ke bagian dalam, ia cukup kaget.

“Di dekat rumah itu ada dapur, dan asap mengepul masuk ke rumah. Di dalamnya ada anak kecil dan bayi yang tidur pulas. Takutnya kena ISPA, saya minta anak kecil dan bayi yang sedang tidur itu dikeluarkan,” terangnya.

Budi sudah dikenal baik oleh warga di Desa Sambik Elen. Lantaran begitu dekat dengan warga, ia pun tak sungkan menanyakan berbagai hal dengan pemilik rumah. Inaq Sari yang saat itu didapatinya sedang memasak pisang, ikut ditanya.

“Apakah tidak ada beras? Sampai saya periksa gentongnya, memang tidak ada. Jawaban mereka, pisang yang dimasak itu untuk menu sarapan dan makan siang,” tambahnya.

Amaq Sari dan keluarga tinggal di perkebunan milik pribadi berjarak 400 meter dari jalan raya. Di kebun itu dan sekitarnya, hanya 8 orang itu yang menetap. Sebelumnya, Amaq Sari dan anak menantunya, tinggal di kampung Batu Santek bersama warga lain. Hanya saja, setelah gempa mereka meninggalkan kampung karena selain rumah rusak, tanah tempat tinggal juga berstatus tumpangan.

Di kebun Amaq Sari saat ini, sedang ditanami jagung. Hanya saja, keluarga ini belum mandiri secara ekonomi dari sisi pertanian perkebunan. Pasalnya, lahan hanya bisa diolah sekali setahun, itu pun dengan modal pinjaman. Sementara, keluarga ini tidak memiliki mata pencaharian tetap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dari situasi itulah Budi tergerak. Ia kemudian memberanikan diri menemui tukang bangunan yang ia kenal. Setelah berbincang sebentar, Budi pun nekat melaksanakan niatnya. Ia kemudian “gerilya” mencari donasi. Setelah membeli pasir dan batu dari dana pribadi, ia kemudian “gerilya” meminta bantuan Pemdes Sambik Elen untuk membiayai material toko.

Pemdes merespon dengan memberi donasi Rp 1 juta. Uang itu adalah donasi yang berasal dari iuran seluruh Staf Desa di mana masing-masing orang setiap bulannya mengeluarkan antara Rp 5-10 ribu. Tidak cukup, pihak desa melalui Bendahara juga memberi pinjaman sebesar Rp 500 ribu.

Apakah sudah cukup? Tentu tidak. Budi masih harus berkorban untuk menambah material lain yang kurang, termasuk membeli 500 biji batako dengan cara berutang kepada perajin batako kenalannya. Ia juga hampir tidak mengenal waktu.

“Setelah kita hitung, masih ada yang kurang, yaitu daun pintu. Kebetulan ada satu HP yang tidak terpakai, itu saya jual. Alhamdulillah dapat harga Rp 800 ribu.  Syukurnya rumah itu selesai kami bangun. Butuh waktu 5 hari dari Sabtu sampai Rabu untuk membangun. Dua hari droping material, dan 3 hari membangun. Walaupun tidak mewah, tapi rumah sederhana ukuran 6×6 meter sudah cukup nyaman untuk ditinggali oleh Amaq Sari,” tandas Budi. (ari)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO