spot_img
Senin, Desember 16, 2024
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMPembangunan Jalan Pinggir Pantai Belum Terealisasi

Pembangunan Jalan Pinggir Pantai Belum Terealisasi

Mataram (Suara NTB) – Rencana pembangunan jalan pinggir pantai mulai dari Mapak sampai Meninting belum terealisasi. Proyek strategis terkendala anggaran. Mitigasi struktural menjadi bagian prioritas mencegah abrasi di sembilan kilometer pantai Ampenan.

Wacana pembangunan jalan pinggir pantai digagas pada masa kepemimpinan Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh (alm). Selain menjadi akses jalan menuju destinasi wisata Senggigi, juga menjadi alternatif mencegah terjadinya abrasi akibat gelombang pasang setiap tahunnya. Potensi lainnya juga akan berkembang seperti destinasi wisata kuliner dan lain sebagainya.

Sekretaris Daerah Kota Mataram, Lalu Alwan Basri membenarkan wacana pembangunan jalan sepanjang Pantai Ampenan mulai dari Mapak sampai Meninting mengemuka pada masa kepemimpinan Walikota Mataram H. Ahyar Abduh (alm). Dari kondisi riil bahwa proyek strategis ini sangat dibutuhkan oleh Pemkot Mataram guna mencegah banjir rob. Proyek ini diprediksi akan membutuhkan anggaran besar. Sementara, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kota Mataram tidak memungkinkan untuk membangun jalan layang tersebut. 

Selain itu, pengaktifan dan pelebaran jalan juga menjadi kendala. “Pembangunan jalan pinggir pantai ini memang cita-cita sejak dulu, tetapi kondisi anggaran kita tidak memungkinkan untuk melakukan itu,” kata Sekda ditemui di ruang kerja pada akhir pekan kemarin.

Pembangunan jalan pinggir pantai ini perlu perencanaan yang matang. Tidak menutup kemungkinan kata Alwan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki anggaran untuk membiayai proyek tersebut.

Sekda akan menunggu proposal dari Kepala Dinas PUPR Kota Mataram yang baru, Lale Wediahning yang memiliki jaringan dan relasi di pemerintah pusat. “Saya mau tunggu proposal dari Kadis PUPR yang baru. Dia punya jaringan dan relasi di pusat,” terangnya.

Mitigasi struktural menjadi alternatif mencegah banjir rob di sepanjang sembilan kilometer Pantai Ampenan. Salah satunya adalah, pemasangan beronjong yang perlu dikoordinasikan dengan Balai Wilayah Sungai (BWS). Konsep ini telah dikoordinasikan dan komunikasikan dengan BWS. Kebutuhan Pemkot Mataram tidak hanya untuk kepentingan di pesisir pantai melainkan sepanjang sungai.

Oleh karena itu, pihaknya akan mengusulkan anggaran serta titik mana saja yang menjadi prioritas. “Kepala BWS sudah datang ke sini. Kita rapat dan nanti saya bersama Kadis PUPR mencoba mendiskusikan lagi kebutuhan yang prioritas di Kota Mataram,” ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Mahfuddin Noer menjelaskan, kawasan sembilan kilometer Pantai Ampenan adalah lokasi yang rawan terjadinya banjir rob dan abrasi, sehingga mitigasi struktural berbasis pemukiman menjadi solusi jangka panjang. Artinya, sepanjang sembilan kilometer di Pantai Ampenan dibangun beronjong karena relatif mudah dilakukan. Berbeda dengan mitigasi vegetasi tidak memungkinkan untuk dilakukan karena luasan lahan di pinggir pantai mulai menyempit akibat abrasi. “Iya, bisa saja dilakukan dengan menanam mangrove, cemara laut tetapi spacenya tidak tersedia luas. Sebaiknya mitigasi struktural,” kata Mahfuddin.

Kebutuhan pembangunan beronjong ini sesuai kebutuhan masyarakat. Mahfuddin menyebutkan, panjang beronjong akan dibangun akan dilihat dari kawasan pemukiman karena tidak semuanya garis Pantai Ampenan terdapat pemukiman, sehingga pembangunannya berdasarkan telaah dan kajian. “Jadi mana yang ada pemukiman jadi prioritas,” ujarnya.

Gelombang pasang yang terjadi di Lingkungan Bugis, Kelurahan Bintaro Jaya pekan kemarin tidak ada korban jiwa atau evakuasi korban. Ia mengakui, hasil asesmen petugas lapangan terdapat tujuh sampan milik nelayan rusak. Dengan kategori dua rusak berat dan lima rusak ringan.

Langkah antisipasi yang dilakukan adalah membangun tanggul menggunakan karung yang berisi pasir di pinggir pantai. Tanggul darurat dipasang di Tanjung Karang Permai, Bintaro, Ampenan Selatan, dan titik lainnya. “Kita sudah pasang tanggul darurat di pinggir pantai yang ada pemukimannya,” tandasnya.

Mahfuddin mengimbau masyarakat tetap waspada karena puncak hidrometeorologi akan mulai terjadi pada awal Februari sampai puncaknya pertengahan Februari. Potensi gelombang pasang disertai angin kencang meski dihindari masyarakat terutama nelayan di Pantai Ampenan. (cem)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO