spot_img
Jumat, November 22, 2024
spot_img
BerandaNTBLOMBOK BARATHarga Beras Mulai Terkendali, BPS Beri Peringatan, Inflasi Mendekati Ambang Batas

Harga Beras Mulai Terkendali, BPS Beri Peringatan, Inflasi Mendekati Ambang Batas

Mataram (Suara NTB)- Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan, inflasi Provinsi NTB pada Februari 2024 termasuk tinggi, mendekati ambang batas yang ditentukan. Perkembangan harga berbagai komoditas pada Februari 2024 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan kabupaten/kota IHK di Provinsi NTB.

Pada Februari 2024, terjadi inflasi y-on-y sebesar 3,00 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,74 pada Februari 2023 menjadi 105,82 pada Februari 2024. Sementara tingkat inflasi bulanan atau m-to-m sebesar 0,09 persen dan tingkat inflasi tahun kalender y-to-d (Februari 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,12 persen.

Ketua Tim Distribusi BPS Provinsi NTB, Muhammad Saphoan di Mataram, Selasa 5 maret 2024 kemarin menyampaikan, pergerakan inflasi NTB y to y sebesar 3,00 persen sudah mendekati ambang batas tertinggi yang sudah ditargetkan sebesar 3,5 persen.

“Lagi sedikit mendekati ambang batas tertinggi. Meskipun masih dalam batas rentang 2±1 atau tertinggi 3,5 persen, dan terendah 1,5 persen sebagaimana target inflasi tahunan. Tapi sudah mendekati ambang tertinggi 3,5 persen. Inflasi kita y to y lebih tinggi dari nasional sebesar 2,75 persen. Daerah harus menjaga itu,” terangnya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga konsumen di tiga kabupaten/kota yang menjadi barometer, yaitu Kota Mataram, Kota Bima, dan Kabupaten Sumbawa, beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi. “Beras memberikan andil paling besar penyumbang inflasi. Harganya mengalami kenaikan dari Januari ke Februari,’’ katanya.

Kelompok ini pada Februari 2024 memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y sebesar 2,20 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu: beras sebesar 1,02 persen; tomat sebesar 0,26 persen; Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 0,18 persen; cabai merah sebesar 0,16 persen; daging ayam ras sebesar 0,10 persen; bawang putih sebesar 0,08 persen; gula pasir sebesar 0,08 persen; jeruk dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) masing-masing sebesar 0,07 persen; telur ayam ras sebesar 0,08 persen dan lainnya.

Harapannya, harga beras ini bisa terkendali dengan masuknya masa musim panen. Meskipun tidak panen serempak. Selain itu, kegiatan operasi pasar yang gencar dilakukan oleh stakeholder diharapkan dapat meredam kembali harga beras ke harga normal.

Harga Beras Mulai Terkendali
Sementara dari Lombok Barat (Lobar) dilaporkan, tingkat inflasi di daerah ini masuk kategori aman, kendati masih di atas rata-rata nasional. Bedanya hanya 0,3 persen, di mana inflasi Lobar yang masuk hitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Mataram pada posisi 2,78 poin, sedangkan nasional mencapai 2,75. Inflasi ini dibarengi berangsur-angsur turunnya harga beras di pasaran Lobar.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dikpangan) Lobar Damayanti Widyaningrum mengatakan dari data, untuk tingkat inflasi daerah memang NTB masuk 10 besar kategori tinggi di tingkat nasional. Itu disebabkan dari kontribusi inflasi Kota Bima dan Sumbawa. Karena hitungan inflasi di NTB, ada tiga IHK yang menjadi acuan, yakni Kota Mataram, Kota Bima dan Sumbawa.

“Kalau bicara IHK Kota Mataram di mana Lobar masuk, inflasinya 2,78, sedangkan kalau nasional 2,75, bedanya 0,3 poin,” jelasnya, Selasa 5 maret 2024
Inflasi di Lobar relatif aman kendati harga beras naik. Namun dengan upaya yang dilakukan Pemda dan TPID, melalui gerakan pasar murah harga beras pun mulai berangsur turun. Harga beras premium saat ini mencapai kisaran Rp15.000-16.000 per kilogram. Dimana sebelumnya harga sempat naik Rp17.000-Rp18.000 per kilogram. Sedangkan untuk beras medium, turun mencapai Rp10.500-10.900 per kilogram.

Kendati harga beras relatif bisa dikendalikan, pihaknya bersama OPD terkait pun tetap melakukan kegiatan gerakan pangan murah atau operasi pasar untuk mengendalikan harga selama Ramadhan ini. Di mana pihaknya merencanakan sebanyak 10 kali.
Untuk ketersediaan bahan pokok juga dijamin aman selama beberapa bulan ke depan. Beberapa bapok yang butuh pasokan, karena stok menipis, seperti cabai besar dan bawang masih bisa ditanggulangi dengan cara mendatangkan dari daerah lain, seperti yang selama ini dilakukan pihaknya.

Selain itu, pasokan beras aman karena panen sudah mulai normal. Produksi gabah pun mulai tersedia, sehingga berpengaruh juga terhadap harga gabah. Saat ini harga gabah mulai turun.
Sementara itu, Kepala Disperindag Lobar H. Maksum mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mengendalikan harga Bapok oleh Pemkab dan TPID membuahkan hasil. Kegiatan perdana diadakan di Sekotong, kemudian dilanjutkan di Labuapi bersamaan dengan kegiatan Pemda Menyapa Desa. “Pasti ada dampaknya upaya yang kita lakukan,” ujarnya.

Ia mengatakan, harga Bapok jelang puasa tidak terlalu naik signifikan. Artinya masih di batas wajar. Sebelumnya harga beras sempat merangkak naik, namun dengan intervensi Pemda kemudian panen mulai normal, menyebabkan harga beras pun akan turun. (her)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO