Taliwang (Suara NTB) – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat akan segera menggelar kegiatan operasi pasar untuk menekan tingkat inflasi harga bahan pokok di tingkat masyarakat.
Agenda operasi pasar itu sendiri saat ini tengah dipersiapkan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop). Dimana dijadwalkan akan dimulai pada pekan pertama bulan ramadhan ini. “Insyaallah kalau tidak ada halangan kita akan mulai pekan depan atau awal ramadhan,” terang kepala Dinas Koperindag melalui sekretarisnya, Hairul Anwar, Rabu 6 Maret 2024.
Untuk kegiatan operasi pasar itu, Pemda KSB akan menggunakan dua sumber anggaran berbeda. Pertama dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp263 juta dan kedua bersumber dari Dana Insentif Daerah (DID) senilai Rp2 miliar lebih.
Hairul menjelaskan, untuk kegiatan operasi pasar ini pihaknya akan menyediakan paket sembako murah subsidi. Dalam tiap paket nanti akan disediakan 4 jenis barang atau komoditas kebutuhan sehari-hari masyarakat. Diantaranya beras, minyak goreng, gula pasir, telur hingga mie instan. “Kalau berasnya kami sediakan yang jenis medium. Kalau diuangkan paket ini senilai Rp175 ribu tapi masyarakat hanya menebusnya dengan harga Rp25 ribu nantinya,” katanya.
Untuk penerima manfaat sendiri, Hairul menyebut, operasi pasar murah ini akan diperuntukkan bagi masyarakat yang masuk dalam kategori miskin ekstrim. Selain itu juga bagi petani yang saat ini kesulitan memenuhi kebutuhan bahan pokoknya akibat gagal tanam dan panen. “Data penerimanya kami ambil dari dinas sosial. Jadi kita akan sebar kupon pembelian by name by address untuk menghindari salah sasaran,” urainya seraya menambahkan setiap paket nantinya akan diberi tanda khusus pada kemasan.
“Kita siapkan kemasan khusus. Harapannya para penerima kemudian tidak memperjual belikan paket sembako murah itu,” sambung Heri sapaan akrab Hairul.
Dalam pelaksanaannya sendiri, Heri menyampaikan, akan digelar di tiap kecamatan. Dinas Perindagkop telah menyusun jadwal pada tiap kecamatan dengan target penyelesaian pada akhir bulan April mendatang. “Yang sumbernya anggarannya dari DID batas waktunya sebenarnya bulan Mei karena pelaporannya sudah harus masuk bulan Juni. Tapi kemudian akan kita maksimalkan selama ramadhan karena saat itu masyarakat tentu sangat tinggi akan kebutuhan bahan pokoknya,” katanya.
Pada bagian lain, Heri menyampaikan, kenaikan harga besar yang terjadi di lapangan saat ini sangat dirasakan oleh masyarakat. Tidak saja masyarakat miskin, tetapi juga hingga masyarakat ekonomi menengah. “Sebabnya sebenarnya satu karena petani kita tidak ada yang menanam. Dan dari informasi yang kami peroleh kondisi ini akan cukup panjang, karena di NTB khususnya di pulau Sumbawa diprediksi tidak akan ada panen raya (padi). Yang artinya pasokan beras kita akan sangat terbatas,” imbuhnya. (bug)