Taliwang (Suara NTB) – Kabupaten Sumbawa Barat kini dinyatakan bebas Frambusia. Bebasnya kabupaten dengan motto Pariri Lema Bariri ini dari penyakit menular langsung antar manusia itu ditandai dengan penyerahan sertifikat dari Kementerian Kesehatan RI.
Penerimaan sertifikat bebas Frambusia oleh Pemda KSB itu diserahkan langsung oleh menteri kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin pada acara Hari Neglected Tropical Diseases (NTD) Sedunia di Jakarta, Rabu 6 Maret 2024. Dimana sertifikat itu diterima oleh Sekretaris Daerah KSB, H. Amar Nurmansyah mewakili bupati.
Selain KSB ada 98 kabupaten/kota lainnya yang menerima sertifikat bebas Frambusia tersebut. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. Maria Endang Sumiwi menyebutkan, pemberian sertifikat bebas Frambusia kepada kabupaten/kota itu bertujuan meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait untuk bersatu mewujudkan Indonesia bebas dari penyakit Frambusia. “Maka tema kegiatan kita tahun ini bersatu dan beraksi wujudkan Indonesia bebas penyakit tropis terabaikan,” katanya.
Ia menjelaskan, ada banyak jenis penyakit tropis terabaikan yang perlu terus dilakukan pencegahan penularannya di masyarakat. Selain frambusia ada penyakit kusta, filariasis, schistosomiasis, cacingan dan jenis penyakit NTD lainnya. “Jumlah penduduk kita yang terjangkit penyakit NTD masih cukup besar, mencapai 1 juta orang,” urai Maria.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam pidato sambutannya menyebut, bahwa untuk menghindari penyakit tropis terabaikan adalah dengan cara menjaga lingkungan yang sehat. Penerapan pola hidup sehat dengan berbagai protokol yang telah dibuat pemerintah menjadi kunci satu-satunya untuk mengeliminir berbagai penyakit tersebut.
“Rajin cuci tangan, jangan buang air besar sembarangan, makan cuci tangan, pakai sandal terutama anak-anak dan jaga kebersihan lingkungan,” katanya.
Berbagai jenis penyakit tropis itu, kata Menkes, pada dasarnya ada obatnya. Hanya saja dalam pola menjaga kesehatan, mencegah lebih baik daripada mengobati. “Jadi pilihannya sekarang kita mau mencegah atau mengobati. Yang jelas mengobati itu lebih susah,” tandas Budi Sadikin. (bug)