Mataram (Suara NTB)- Lebih dari separuh guide atau pemandu wisata tidak aktif karena dampak pandemi covid-19 sejak tahun 2020 lalu. Di Provinsi NTB, sektor pariwisata sebelumnya dipengaruhi oleh gempa bumi tahun 2018 di Lombok. Dengan masih banyaknya guide yang tak aktif ini, tentu kondisi ini memengaruhi industri pariwisata dan mengurangi jumlah pemandu yang tersedia untuk membantu wisatawan, khususnya di NTB.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi NTB, H. Lalu. Fatwir Uzali mengatakan, dalam kepengurusan baru yang dipimpinnya, saat ini HPI NTB tengah melakukan penataan anggota. Dari data pengurus sebelumnya, terdapat lebih dari jumlah guide lokal. Namun yang aktif menurutnya sekitar 400 hingga 500 guide.
“Karena kondisi pariwisata kita terdampak dua kali, gempa Lombok dan covid-19,” katanya. Guide-guide yang belum aktif ini, lanjut Lalu Fatwir, terdampak masih belum optimalnya kegiatan kepariwisataan di Lombok dan Sumbawa. Mereka yang belum aktif tersebut eksodus ke kegiatan/pekerjaan lainnya sembari menunggu sektor pariwisata benar-benar pulih.
Keadaan ini ditambah lagi dengan musim low session sektor pariwisata pada awal tahun. Lebih-lebih mulai masuknya bulan puasa. Wisatawan dari Eropa biasanya nampak di atas Bulan April. Dimana wisatawan Eropa mulai memasuki musim liburan.
Lalu Fatwir menambahkan, aktifitas guide yang dilakukan saat ini cukup terbantu dengan masuknya kapal-kapal pesiar yang datang membawa ribuan wisatawan sekaligus melalui pintu masuk Pelabuhan Internasional Gili Mas, di Lombok Barat. “Tahun ini informasinya ada 32 kapal pesiar yang akan masuk Lombok. Ini yang sangat membantu aktivitas guiding tetap ada,” katanya.
HPI NTB tengah melakukan pendataan kembali kepada seluruh anggotanya untuk ditingkatkan kembali kopetensinya, terutama guide – guide yang belum memiliki lisensi. “Salah satu cara kita melakukan penertiban adalah meningkatkan terus kompetensi anggota untuk peningkatan kualitas layanan kepada wisatawan,” ujarnya.
Pada bagian lain, HPI NTB akan mendorong peningkatan kapasitas para pramuwisata terutama guide-guidu millennial yang mulai bermunculan. Ada tiga tingkatan dalam dunia guide, pertama guide muda yang batasannya melakukan guiding ditingkat kabupaten/kota.
Kedua guide madya, yang aktivitas guidingnya untuk wilayah provinsi. Ketiga guide utama, yang lisensi guidenya berlaku nasional, bahkan internasional. Setelah melakukan peningkatan kapasitas guide dan penerbitan KTA bagi guide-guide yang belum memiliki KTA, baru dapat dilakukan penertiban kepada guide-guide “liar”. (bul)