Selong (Suara NTB) – Harga telur di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) melonjak. Memasuki bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah ini, harga sudah menembus Rp 60 ribu per trai.
“Harga ukuran kecil-kecil yang tembus Rp 60 ribu,” ungkap Nurhayati, salah satu pedagang telur di Pasar Masbagik.
Diakuinya, beberapa hari sebelumnya dia menjual seharga Rp 50 ribu per trai. Harga kembali naik setelah dinaikkan oleh pemilik kandang-kandang ayam petelur.
Menurut Nurhayati, lonjakan harga telur ini karena banyak produksi telur dari Lotim ini diduga dibawa keluar daerah. Kondisi ini membuat ketersediaan telur ini. “Susah sekarang ini karena telur dilempar ke Jawa atau ke Sumbawa,” ucapnya.
Nurhayati mengaku telur ini cukup laku. Penjualan bisa 50-100 trai per hari. Hanya saja, ketika harga sekarang ini cukup kesusahan mendapatkan telur.
Lonjakan harga ini jelas membuat pelanggan banyak komplain. Pasalnya, selain ukuran telur yang kecil, harganya dinilai kurang masuk akal.
H. Udin, peternak ayam petelur di Desa Tirtanadi mengakui susahnya budidaya ayam petelur saat ini. Harga pakan terutama jagung cukup mahal, sehingga membuat banyak peternak terancam gulung tikar.
Pengalamannya, semenjak pakan mahal dan langka ia mengalami kerugian sehari Rp 300 ribu. Diakumulasikan selama sebulan, maka kerugian ditaksir tembus Rp 9 juta. Hal ini membuat ia terpaksa mengurangi jumlah ayam. Harga telur di kandang saat ini dijual rata-rata Rp 50 ribu per trai.
Sementara ayam yang tersisa tinggal beberapa ekor saja. Hal serupa katanya dialami sejumlah peternak lain yang terpaksa menjual juga ayamnya guna mengurangi kerugian. Tidak heran kalau telur sekarang ikut mahal dan langka.
Terpisah, Dedi DL peternak ayam petelur di Selong mengatakan kelangkaan telur sekarang ini diduga dipicu kelangkaan dan mahalnya harga pakan. Jagung Rp 10 ribu per kilogram. Dedak dulu Rp 3,5 ribu sekarang sudah Rp 5 ribu per kilogram.
Mahalnya harga pakan ini membuat peternak banyak yang tidak bisa maksimal dalam memberikan pakan ternaknya. Hal ini jelas membuat kualitas telur akan menurun. Pemerintah diharapkan segera menghadirkan solusi mengatasi persoalan pakan ini. (rus)