Mataram (Suara NTB)- Di Bulan Ramadhan, aktivitas UMKM menggeliat, terutama mereka yang menyajikan aneka takjil dan kuliner untuk konsumen. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor peningkatan volume sampah di Kota Mataram. Sehingga distribusi sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok pun terpantau meningkat. Kepala UPTD TPAR Kebon Kongok Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB, Radyus Ramli menuturkan, jumlah sampah yang datang setiap hari di TPAR Kebon Kongok memang bervariasi. Namun di Ramadhan ini, terlihat peningkatan volume sampah yang dibuang ke TPA, terutama dari Kota Mataram.
Selama Ramadhan, total sampah harian yang diterima TPAR Kebon Kongok, baik dari Kota Mataram maupun dari Lombok Barat rata-rata sebanyak 339,68ton. Sementara di Ramadhan tahun ini, total sampah yang tercatat masuk di TPA ini sebanyak 355,90 ton.
“Artinya terjadi kenaikan volume sampah yang diterima oleh TPA sebanyak 16 ton atau 4,77 persen,” kata Radyus Ramli, Jumat 22 maret 2024 kemarin.
Namun ada perbedaan volume sampah dari Kota Mataram dan Lombok Barat selama bulan puasa ini, di mana sampah dari Kota Mataram yang dibuang ke TPAR Kebon Kongok bertambah sekitar 9,47 persen atau sekitar 21 ton lebih. Sementara sampah dari Lombok Barat justru berkurang sekitar 12 persen setiap hari. “Sampah yang Lombok Barat ini, tidak terlihat (meningkat-red) kemungkinan karena adanya aktifitas pengosongan sampah residu di Pusat Daur Ulang (PDU) Lingsar yang dilakukan sebelum Ramadhan” kata Ramli.
Kabid Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan DLHK Provinsi NTB Firmansyah mengatakan, sampah yang masuk ke TPAR Kebon Kongok memang terjadi peningkatan karena aktivitas ekonomi selama Ramadhan ini. Salah satu yang cukup terlihat yaitu sampah penjualan kelapa muda yang banyak berjejer di Kota Mataram.
Namun saat ini yang terus ditekankan oleh DLHK NTB yaitu proses pemilahan sampah dari rumah tangga. Diakui proses pemilahan dari hulu ini memang memiliki banyak tantangan. Sehingga yang sedang diperkuat sekarang yaitu pemilahan di pengangkut sampah mandiri. Sebab pengangkutan sampah mandiri yang menggunakan kendaraan pickup dan roda tiga ini rata-rata sekitar 45-38 ton sehari.
“Jika sampah mandiri ini bisa dipilah, maka sekitar 20-25 ton sampah yang bisa dioptimalkan menjadi sumber pakan maggot, kemudian kompos dan segala macam sampah yang tak masuk ke landfill,” ujarnya.(ris)