Suasana di Lingkungan Sembalun, Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, terlihat berbeda dari hari biasanya. Sejumlah kader posyandu, Tim Penggerak PPK, dan tenaga kesehatan serentak mengenakan baju berwarna kuning.
PAGI sekira pukul 08.15 WITA, mereka berkeliling menyambangi lansia dan balita. Selain mengecek kesehatan, juga memberikan makanan tambahan berupa susu dan telur.
Di tengah riuhnya aktivitas para kader dan petugas kesehatan dari Puskesmas Tanjung Karang dan Dinas Kesehatan Kota Mataram, ada sesuatu yang menyita perhatian.
Muhibah (50) sibuk menyuapi anaknya. Berulangkali anak ketiganya itu, merengek menolak disuapi bubur. Kondisi fisiknya tak seperti anak bertubuh normal, padahal usianya telah genap 17 tahun.
Melinda, demikian ia disapa oleh keluarganya. Sejak usia tiga bulan divonis penyakit cerebral palsy oleh dokter. Badannya kurus dan keras. Berkomunikasi saja sulit. Apalagi menggerakkan bagian anggota tubuhnya.
Selama 17 tahun, Melinda menghabiskan waktu di tempat tidur. Ibunya cukup sabar dan telaten mengurusi. “Usia dua bulan normal, tetapi masuk tiga bulan kok tiba-tiba kejang-kejang,” tutur Muhibah ditemui Jumat 22 maret 2024.
Muhibah cukup awam dengan penyakit diderita putrinya tersebut. Berulangkali menjalani terapi di rumah sakit tak membuahkan hasil. Justru, Melinda tidak bisa lagi menggerakkan kaki dan pahanya.
Penanganan medis tidak berhasil, ia mencoba
cara non medis alias berobat ke Dukun Sasak, juga dijalani tetapi tidak memberikan hasil apapun. Justru, ia patah semangat dari petuah sang belian (dukun,red). “Dukunnya sempat bilang kalau saya saat hamil sudah injak anak jin sampai mati. Berobat kemana pun pasti tidak akan sembuh. Itu yang buat saya pasrah,” tuturnya.
Muhibah terkadang sedih melihat putrinya hanya bisa berbaring di kasur. Usianya memasuki 17 tahun, seharusnya sibuk bermain bersama teman sebayanya. Ia terkadang iri melihat anak tetangga seusia Melinda yang sibuk berangkat ke sekolah.
“Kadang sedih saya lihat temannya yang sudah kelas tiga SMA,” ucapnya.
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, Melinda menggunakan kartu sehat dari pemerintah. Kartu itu sangat bermanfaat karena mengurangi beban biaya berobat.
Muhibah justru sedih karena lama tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan baru dirasakan setelah anak pertama atau kakak Melinda bekerja di kelurahan. Melinda didaftarkan sebagai penerima bantuan dari Dinas Sosial Kota Mataram. “Sebelumnya kakaknya di kelurahan ndak pernah dapat apa-apa. Sekarang ini baru dapat bantuam pampers,” sebutnya.
Apakah tidak ada keinginan untuk membawa Melinda berobat keluar daerah agar kondisinya membaik? Muhibah mengaku pasrah dan hanya menunggu keajaiban dari Allah SWT. Anak ketiganya tidak bisa kena angin, sehingga dikhawatirkan memperparah kondisi kesehatannya. “Saya pasrah saja sudah,” jawabnya.
Lurah Tanjung Karang, H. Achmad Gunawan mengatakan, kasus dialami Melinda terjadi sejak balita. Tim medis memvonis menderita penyakit cerebral palsy. Di usianya saat ini, agak sulit ditangani secara medis. Pihaknya hanya bisa memberikan bantuan berupa makanan tambahan dan lain sebagainya. (cem)