Mataram (Suara NTB) – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB menargetkan penerapan kurikulum muatan lokal (Mulok) bahasa daerah bagi SMA, SMK, dan SLB akan diterapkan pada awal tahun ajaran 2024/2025. Dikbud terlebih dahulu akan menyempurnakan kurikulum muatan lokal pada bulan Juni 2024 nanti.
Kepala Dinas Dikbud NTB, Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., mengatakan, setelah kurikulum tersebut disempurnakan, rencanaanya pada bulan Agustus 2024 nanti semua sekolah jenjang SMA sederajat menggunakan bahasa daerah dalam momen tertentu. “Khusus bahasa daerah, kami perkuat mulai tahun ajaran baru. Seperti Sabtu Budaya bisa diisi dengan percakapan, dialog, dan kompetisi bahasa daerah,” ujarnya.
Menurut Aidy, dengan adanya Revitalisasi Bahasa Daerah dapat menguatkan keberadaan bahasa Sasak, Samawa, dan Mbojo di NTB. “Untuk kita lestarikan secara bersama-sama. Apalagi kita sudah punya Perda tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Daerah,” jelas Aidy.
Provinsi NTB sendiri memiliki Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Daerah. Aidy menjelaskan, pihaknya sejak 2018 telah memiliki kegiata muatan lokal dalam bentu Sabtu Budaya. Namun belum jadi pembiasan, kegiatan itu berkaitan dengan seni, bahasa. Budaya, dan kuliner lokal.
“Di tahun 2024, Dewan Kebudayaan Daerah, saat ini sedang melakukan banyak pemetaan,” ujarnya. Menurut Aidy, pembelajaran bahasa daerah yang perlu dimasifkan yaitu di jenjang pendidikan dasar di bawah kewenangana pemerintah kabupaten/kota. Pihaknya juga akan membawa topik revitalisasi bahasa daerah ke dalam Musrenbang.
“Revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan, karena jika tidak bahasa daerah bisa musnah dengan adanya pengaruh teknologi, perkawinan antar suku dan lainnya,” pungkas Aidy. (ron)