spot_img
Kamis, Februari 6, 2025
spot_img
BerandaPENDIDIKANPembelajaran Mulok Bahasa Daerah di Mataram Terganjal Minimnya Guru

Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah di Mataram Terganjal Minimnya Guru

Mataram (Suara NTB) – Kota Mataram belum menerapkan pembelajaran khusus bahasa daerah dalam mata pelajaran muatan lokal (Mulok). Salah satu alasannya, karena tidak ada guru khusus untuk bahasa daerah, khususnya bahasa Sasak. Di samping itu, masyarakat Kota Mataram berasal dari latar belakang beragam membuat pembelajaran bahasa Sasak di sekolah dianggap sulit untuk diterapkan. 

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kota Mataram, Saptadi Akbar yang juga Kepala SMPN 1 Mataram mengatakan, salah satu kendala penerapan mata Pelajaran Mulok bahasa daerah yaitu minimnya guru bahasa daerah. “Kesulitan kita, tenaga pengajar yang mumpuni, dengan kurikulum (bahasa daerah) jelas. Yang penting kami diberikan pedoman dan kurikulum yang jelas, yang mana harus dikembangkan dari unsur bahasa daerah,” ungkapnya.

Menurutnya, jika mulok bahasa daerah ingin diterapkan di sekolah maka harus tersedia pengajar khusus bahasa daerah. Begi juga dengan kurikulum bahasa daerah, khususnya bahasa Sasak yang jelas agar tidak menjadi beban bagi siswa. 

“Bahasa daerah juga perlu dikuatkan bagi kami (sekolah), supaya tidak hilang atau musnah,” ujarnya.  

Kendala lainnya untuk penerapan mulok bahasa daerah, khususnya bahasa Sasak, yaitu masyarakat di Mataram berasal dari berbagai latar belakang suku. “Kita di Mataram heterogen, ada kendala ketika kita ingin kembangkan bahasa daerah ketika kondisi kita di Mataram, karena banyak sekali anak (siswa) dan keluarganya berasal dari berbagai daerah,” ungkap Saptadi Akbar. 

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram, Syarafudin, S.Pd., M.Pd., mengakui, di Kota Mataram belum menerapkan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah. Pembelajaran bahasa daerah masih dimasukkan ke mata pelajaran seni dan budaya serta kegiatan Sabtu Budaya. 

“Di Mataram belum punya standar isi tentang mulok bahasa daerah. Mataram belum ada, di sekolah masih mengadopsi kurikulum muatan lokal lama, ada yang terintegrasi di seni dan budaya. Muatan lokal bahasa daerah belum (diterapkan) keseluruhan,” ungkap Syarafudin.

Menurut Syarafudin, di Kota Mataram saat ini ada kegiatan Sabtu Budaya yang memunculkan berbagai kegiatan yang bersifat kearifan lokal, seperti menampilkan tradisi budaya, bahasa, dan seni daerah. 

Meski demikian, pihaknya akan berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Kantor Bahasa NTB yang memiliki program Revitalisasi Bahasa Daerah untuk pembelajaran muata lokal bahasa daerah. (ron)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO