Tanjung (Suara NTB) – Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Indonesia, diwakili atase, Simon Flores, mengunjung Kabupaten Lombok Utara (KLU), Kamis (18/4). Kunjungan rombongan dari Kedubes Australia itu dalam rangka monev program Siap Siaga di KLU. Rombongan kedubes tanpa didampingi oleh Pemda Lombok Utara langsung mengunjungi Desa Pemenang Timur, tepatnya di Dusun Tebango. Dimana di dusun dan desa ini, bermukim masyarakat lintas agama, yaitu Muslim, Buddha dan Hindu. Di sela-sela kunjungan, Simon Flores melalui Juru Bicara mengungkapkan, Monev Program Desa Tangguh Bencana yang dilakukan secara terpadu untuk program siap siaga di NTB. Sebelum di KLU – NTB, Kedubes Australia melakukan kunjungan di sejumlah provinsi di Indonesia, termasuk Jawa Timur, Bali dan NTT.
Program siap siaga ini mendapat dukungan dari Pemerintah Australia di beberapa provinsi, dengan tujuan utama memberikan bantuan dan dana kepada lembaga MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) yang bermitra dengan program siap siaga dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). “Program siap siaga ini adalah program yang didukung oleh Pemerintah Australia di sejumlah provinsi binaan dukungan, di Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT kali ini, kunjungannya ke NTB, itu saja dulu iya,” katanya.
Sementara, Manager Program Karang Tangguh, Priyo Atmo Sancoyo, menjelaskan kegiatan kunjungan perwakilan Kedubes Australia ke KLU bertujuan untuk memantau penggunaan dana yang diberikan kepada MDMC.
Program Karang Tangguh merupakan inisiatif untuk membangun desa tangguh bencana di tiga desa di Lombok Utara dan dua desa di Lombok Tengah. “Kegiatan Kedubes Australia ke Lombok Utara adalah tujuan monitoring memberikan dana grade-nya ke MDMC yang bermitra dengan program siap siaga dan BNPB,” ungkapnya. “Jadi programnya adalah Karang Tangguh, dimana program Karang tangguh ini merupakan Program Desa Tangguh Bencana di tiga desa di Lombok Utara dan dua desa di Lombok Tengah,” tambahnya Menurut Priyo, masyarakat di wilayah Pemenang Timur merespons program ini dengan baik. Mereka menunjukkan kepedulian lokal mereka terhadap mitigasi bencana, seperti mengembangkan SOP (Standard Operating Procedure) berbasis kearifan lokal dan budaya mereka. “Contohnya, masyarakat telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi terkait kekeringan dan belajar bagaimana berkomunikasi dan bekerja sama antar lembaga dan wilayah dalam mengatasi bencana,” terangnya.
Program Karang Tangguh di Pemenang Timur diharapkan menjadi model bagi desa-desa lain dalam meningkatkan ketangguhan mereka dalam menghadapi bencana, dengan memanfaatkan potensi lokal dan kerja sama lintas wilayah. Menurut dia, Pemenang Timur ini sebagai percontohan penanggulangan risiko bencana berbasis kearifan lokal salah satunya berbasis budaya dan juga keyakinan yang dianut. “Di Pemenang Timur ini warga menganut Desa Kerukunan, ini menjadi kelebihan ketangguhan desa menjadi model baik untuk ketangguhan desa di Pemenang Timur dan KLU pada umumnya,” tandasnya. (ari)