Mataram (Suara NTB) – Pasar modal memiliki peluang yang sangat besar untuk berkembang di Provinsi NTB, apalagi pasar modal syariah. Karena itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan penetrasi untuk mendukung pengembangan potensi pasar modal di provinsi ini.
Hal ini disampaikan, Jeffrey Hendrik – Direktur Pengembangan BEI saat melakukan kunjungan ke redaksi Suara NTB Group, Rabu 24 april 2024 Diterima langsung Penanggungjawab Suara NTB Group, H. Agus Talino. Hadir juga dalam kunjungan ini, Verdi Ikhwan – Kepala Divisi Riset BEI, Nur Rachma Handayanie – Kepala Unit Pengembangan Wilayah 2, Gusti Ngurah Sandiana – Kepala Perwakilan BEI NTB, Tantiana Yolanda – Divisi Sekretaris Perusahaan BEI dan Ardianti Tasyari – Divisi Sekretaris Perusahaan.
Hendrik menyampaikan, pasar modal Indonesia sudah berusia 46 tahun, demikian juga bursa di Indonesia sudah berusia 32 tahun. BEI pada tahun 2023 sudah mulai bertransformasi menjadi bursa multi efek. “Kalau selama ini hanya jadi perdagangan saham, obligasi, reksadana, waran. Pada September tahun 2023 sudah diluncurkan bursa karbon di BEI oleh Presiden Jokowi. Dengan demikian BEI sudah setara dengan bursa bursa global yang memperdagangkan muliti asset,” ujarnya.
Dari sisi suplay, ada 79 perusahaan baru yang mencatatakan saham di BEI , dengan nilai Rp11 triliun lebih. Tahun 2023 lalu, terdapat 1,8 juta investor baru di pasar modal, dan terakhir di 2024 sudah ada ada tambahan 450.000 investor pasar modal. Sehingga total ada 12,7 juta investor pasar modal di Indonesia, dan 5,59 juta diantaranya adalah investor saham.
“Investor pasar modal Indonesia ada investor retail, ada investor institusi domestik, dan ada investor asing. Dan investor retail memberikan kontribusi yang terus meningkat. Kalau 15 tahun lalu 60 persen transaksi harian investor asing, sekarang 70 persen transaksi di pasar modal adalah investor domestik. Ini adalah pasar yang harus dijalin terus,” ujarnya.
Pada empat atau lima tahun lalu, kapitalisasi pasar modal (nilai saham yang beredar di pasar modal) sebesar Rp7 triliun, saat ini sudah mencapai Rp11,900 triliun dalam waktu tidak relative singkat. Dan Indonesia terbesar di Asean, kedua Thailand, dan ketiga Singapura. Sehingga diyakini, dalam waktu tak lama lagi, Indonesia menurutnya akan masuk negara dengan ekonomi besar di dunia.
Secara khusus, di Provinsi NTB, saat ini terdapat 131.000 investor di pasar modal. Hanya 2,4 persen dari populasi penduduknya. Meski demikian, NTB sudah berada di rangking ke 18 dari 34 provinsi di Indonesia untuk perkembangan pasar modalnya. “Ini harus kita terus dorong bersama. Dibutuhkan media memberikan informasi kepada publik, supaya publik tahu pasar modal. Lebih dari itu, publik di NTB bisa dapat menikmati potensi pertumbuhan pasar modal,” katanya.
Potensi pertumbuhan pasar modal ini sangat besar. Diperlukan kerjasama multi pihak. Baik BEI sebagai regulator, media sebagai penyampai, komunitas masayarakat, dan pemegang kebijakan untuk bersama-sama membantu memahami investasi di pasar modal. “Sekarang kan banyak sekali investasi bodong, apalagi anak-anak mud akita ikut tertarik di judi online. Luar biasa perputaran uangnya di situ. Seandainya itu masuk kepada investasi yang benar, masa depan mereka sangat bagus. Kami percaya ini butuh kerja bersama,” ujarnya.
BEI akan terus mengembangan produk-produk dan inovasi baru untuk memenuhi kebutuhan investor. Selain itu, potensi pasar modal syariah juga sangat besar. Apalagi, perangkat peraturannya sesuai POJK diatur sangat lengkap. Ada 26 fatwa MUI yang memberikan guidance untuk umat.
Sayangnya, pertumbuhan investor pasar modal syariah tidak setinggi pertumbuhan investor pasar modal konvensional. “Makanya kita memetakan beberapa daerah yang potensial untuk pengembangan pasar modal syariah. Salah satunya NTB salah satunya, kalau dilihat kulturnya. Kita sedang mempelajari NTB ini penetrasinya dari mana,” katanya. Karena itu, kembali ia mengharapkan kerjasama multi pihak untuk mengembangkan pasar modal di Provinsi NTB ini, dan nasional tentunya. (bul)