spot_img
Jumat, Februari 14, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARAPrevalensi Anemia Remaja Putri di KLU 40 Persen

Prevalensi Anemia Remaja Putri di KLU 40 Persen

Tanjung (Suara NTB) – Wakil Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU), Danny Karter Febrianto Ridawan, tak membantah perlunya upaya peningkatan prevalensi terhadap gejala kurang darah (anemia) pada remaja putri dan ibu hamil. Pasalnya di KLU, angka prevalensi anemia masih rendah yakni 40 persen.

“Angka prevelensi anemia di KLU berada di angka 40 persen pada anak remaja putri, angka tersebut sangat tinggi, sehingga harus sama-sama dicegah dan mencari solusi yang terbaik untuk mengatasinya,” tegas Wabup, Jumat 26 April 2024.

Ia menjelaskan, saat menghadiri rakor pemberian tablet tambah darah (TTD) belum lama ini, dirinya menjelaskan pentingnya intervensi langsung mengatasi gejala anemia bagi remaja putri dan ibu hamil dalam upaya penanganan gizi spesifik dengan prioritas pencegahan stunting. Betapa tidak, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa dialami oleh balita, remaja, ibu hamil bahkan usia lanjut.

Jika dilihat dari hasil Riskesdas pada tahun 2018, tercatat sebesar 26,8% anak usia 5-14 tahun menderita anemia dan 32 persen pada usia 15-24 tahun. Itu artinya 3 dari 10 orang di Indonesia, masih menderita anemia. Kondisi di KLU sendiri harus dicegah mengingat prevalensi tersebut masih harus diperbaiki.

Wabup menjelaskan, kasus anemia erat kaitannya dengan kepatuhan masyarakat dalam mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Tingkat partisipasi akan ikut mencegah terjadinya kasus yang bisa berdampak kurang baik bagi kesehatan.

Dampak Anemia bisa beragam. Misalnya kata Wabup, dapat menurunkan daya tahan tubuh penderitanya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi, kurangnya oksigen ke sel otot dan sel otak, sehingga membuat kebugaran dan ketangkasan berpikir menurun pada anak.
Sedangkan dampak jangka panjang, anemia pada remaja putri dan Wanita Usia Subur akan terbawa hingga dia menjadi ibu hamil anemia yang bisa mengakibatkan perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Selain itu, bayi yang dikandungnya dapat mengalami Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), kelahiran prematur, BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak, di antaranya stunting dan gangguan neurokognitif.

“Inilah mengapa pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi perhatian pemerintah hal tersebut sebagai upaya mempersiapkan kesehatan bagi remaja putri dan salah satunya dengan upaya dalam pencegahan stunting,” katanya.

Di sisi lain, Pemda KLU juga melakukan berbagai upaya dalam mengatasi penyakit anemia melalui pendidikan gizi yang berupa promosi gizi seimbang, fortifikasi pangan dan pemberian TTD. “Salah satu faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil dan remaja putri yakni kurang mengkonsumsi TTD,” tandasnya. (ari)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO