Selong (Suara NTB) –Tahun 2024, di target penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) 14 persen. Tugas ini dinilai masih membutuhkan kerja keras karena berdasarkan data hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) masih cukup tinggi, yakni masih berada pada angka 27,6 persen.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Lotim, H. Ahmat saat ditemui di kantornya, Senin 6 Mei 2024. menyampaikan prevalensi stunting di Lotim dari hasil SKI ini memang terjadi penurunan selama tiga tahun terakhir.
SKI sebelumnya bernama Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 sebesar 35,6 persen. Tahun 2021 sebesar 37,6 persen. Penurunan Lotim mencapai 8 persen. Penurunan prevalensi stunting di Lotim ini diyakini karena kerja keras semua pihak. Tim pendamping keluarga (TPK) di seluruh Lotim 3.063 sudah bergerak melakukan pendampingannya. “Kita sudah mulai dampingi keluarga risiko stunting,” imbuhnya.
Menurut Sekretaris Persatuan Kadis DP3AKB seluruh Indonesia ini, penurunan stunting di Lotim akan bisa mencapai target manakala sudah bisa mematahkan SKI dari hasil Elektronik Pendataan, Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).Hasil e-PPGBM akhir Februari 2024 tersisa 15,9. Angka ini juga menurun dari sebelumnya 16,18 persen. Jumlah yang tersisa di e-PPGBM ini 18.808 jiwa yang harus dilepaskan dari kasus stunting.
Menurut H. Ahmat, Kalau bicara e-PPGBM optimis bisa turun stunting, karena ada indikator jelas penurunan.Selama ini, yang menjadi salah satu penyebab utama belum maksimal penurunan karena pencapaian KB pasca-angka persalinan masih rendah. Masih banyaknya yang belum KB pasca-persalinan yang menebabkan stunting. Begitu persalinan selesai, semestinya langsung diberikan alat kontrasepsi. Selain itu, capaian penggunaan Elsimil atau Elektronik Siap Nikah dan siap hamil juga masih rendah. (rus)