Sumbawa (Suara NTB) – Modern Rice Milling Plant (MRMP) atau Sentra Penggilingan Padi Modern milik Perum Bulog yang ada di Kabupaten Sumbawa beroperasi 24 jam selama periode musim panen padi saat ini. Bahkan, pembongkaran gabah dari hasil panen petani di Sumbawa dilakukan langsung malam hari untuk dilakukan proses pengeringan.
Manajer Operasi Sentral Penggilingan Padi (SPP) Sumbawa, Ilman S mengatakan, operasional pembongkaran pascapanen dilakukan hingga pukul 21.00 Wita. Sementara proses pengeringan dilakukan hingga pagi hari.
“Proses pengeringan bisa berlangsung lebih dari 10 jam,” Kata Ilman, Selasa 7 Mei 2024.
Menurutnya, operasional selama 24 jam ini dilakukan untuk memastikan kualitas beras yang dihasilkan terjaga dengan baik. Proses ini dibantu oleh 4 mesin pengering yang dimiliki dengan kapasitas 120 ton untuk satu kali proses pengeringan. Gabah yang sudah dikeringkan selanjutnya dipindahkan ke silo untuk menjaga kualitas gabah kering giling (GKG) sampai waktunya untuk di giling menjadi beras. Proses ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen.
” Kalau udah dipanen kita langsung keringkan sampai pagi, sehingga setelah itu kita lakukan pembelian kembali,” Katanya. Ilman mengatakan, pada musim panen saat ini, SPP Sumbawa fokus pada penyerapan hasil panen. Hingga 6 Mei 2024, serapan gabah yang dilakukan sudah mencapai 2.400 ton gabah kering panen (GKP) dari target 7.800 ton GKP pada tahun 2024.
Target tersebut kata Ilman optimis dicapai, mengingat panen padi di Sumbawa sudah mengarah ke timur atau tidak jauh dari lokasi MRMP. Kondisi ini dinilai mempermudah managemen dalam melakukan penyerapan. MRMP adalah infrastruktur modern untuk mempercepat alur proses pengolahan beras yang terpusat dalam fasilitas pengolahan gabah hasil panen berbasis teknologi modern.
MRMP ini memiliki banyak keunggulan seperti color sorter di mana biji-biji beras yang berwarna kuning, hitam dipisahkan secara otomatis. Pabrik penggilingan padi modern ini juga bisa menghasilkan beras tanpa menir atau beras kepala disesuaikan dengan permintaan konsumen. Apakah ingin dibuat beras kemasan dengan broken 15 persen, broken 10 persen dan derajat sosoh bisa hingga 100 persen.
Gabah yang diproses menjadi beras outputnya adalah beras kemasan kedap udara. Sementara ini beras beras kemasan yang sudah dihasilkan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan di dalam daerah. Soal rasa, dipastikan beras dengan kualitas rasa terbaik. Apalagi beras beras hasil petani di NTB sudah sangat dikenal.
MRMP ini menggunakan mesin dengan teknologi untuk memoles beras secara otomatis. Sehingga beras yang keluar dalam bentuk kemasan 5 Kg, dan 25 Kg sudah putih bersih. MRMP ini sangat mendukung proses hilirisasi gabah menjadi beras kemasan dan mendukung NTB sebagai daerah sentra pangan. (bul)