CIKAL bakal pengembangan pekarangan pangan lestari (P2L) sebenarnya telah dibentuk oleh masyarakat di Jalan Bunga Matahari, Lingkungan Gomong. Warga secara mandiri menanam cabai dan kelor di halaman rumah. Sayur-mayur dianggap menjadi kebutuhan masyarakat.
Lurah Gomong, Muhammad Ilham dikonfirmasi pekan kemarin menerangkan, cikal-bakal pengembangan program pekarangan pangan lestari sebenarnya telah lama dikembangkan oleh warga di Jalan Bunga Matahari, Lingkungan Gomong. Warga secara mandiri menanam cabai,tomat, kelor, dan tanaman sayur lainnya untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya program P2L dari Dinas Pertanian Kota Mataram, bukan menjadi sesuatu yang baru bagi masyarakat. “Cikal-bakalnya sudah ada sejak lama. Sekarang ini, anggota KWT lebih dari 40 orang,” terangnya.
Masyarakat terbiasa menanam kelor karena menganggap sayuran tersebut, memiliki kandungan zat besi yang bagus untuk tubuh. Demikian pula, dengan cabai rawit dan tomat. Ilham mengatakan, kebiasaan masyarakat ini justru memberikan dampak positif bagi pemerintah. Artinya, program P2L telah berjalan dengan baik untuk menekan inflasi serta mencegah stunting. “Minimal bisa membantu pemerintah untuk menekan inflasi dan mencegah stunting sudah berjalan dengan baik,” ujarnya.
Minimnya lahan pertanian di Kelurahan Gomong menjadi kendala untuk menanam lebih banyak sayur-mayur terutama cabai yang menjadi pemicu inflasi di Kota Mataram. Meskipun demikian, kemandirian masyarakat dengan memanfaatkan lahan pekarangan cukup efektif. Minimal kata dia, warga tidak bergantung di pasar tradisional untuk membeli bahan makanan, karena telah tersedia di pekarangan mereka.
Ia berharap pengembangan P2L dapat membantu mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Dampak lainnya adalah membantu menekan inflasi serta mencegah stunting. (cem)