Mataram (Suara NTB) – Industrialisasi minyak kayu putih di NTB menunjukkan perkembangan pesat. Hal ini didukung oleh potensi kayu putih sebagai komoditas yang menopang penghidupan petani hutan dan membuka peluang substitusi impor. Saat ini, NTB telah memiliki beberapa pabrik pengolahan kayu putih yang masih beroperasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB, Julmansyah, menyatakan bahwa industrialisasi minyak atsiri kayu putih menjadi salah satu fokus utama selama 4 tahun terakhir. Salah satu upaya konkretnya adalah perjanjian kerjasama antara Dinas LHK NTB dengan CV Galih Tulen, sebuah pabrik kayu putih di desa Timbanuh Pringgasela, untuk memanfaatkan lahan perhutanan sosial.
“Lokasinya ada di dua tempat di Lombok, yaitu di KPH Pelangan Tastura dan di sekitar Sambelia, Gunung Malang dan sekitarnya,” jelas Julmansyah.
Pabrik CV Galih Tulen di Timbanuh Pringgasela telah beroperasi dan menghasilkan rata-rata 2 ton minyak atsiri per hari. Satu ton bahan baku kayu putih setara dengan 10 liter minyak atsiri.
“Potensi pasar kayu putih sangat besar, dan saat ini Indonesia masih mengimpor 70% kebutuhannya. Oleh karena itu, kami terus mendorong pengembangan tanaman kayu putih di NTB,” ujar Julmansyah. Keunggulan kayu putih adalah tahan terhadap hama dan dapat tumbuh dengan baik di iklim ekstrim. Semakin kering cuaca, daun kayu putih semakin hijau dan menghasilkan minyak atsiri yang lebih banyak. Selain di Lombok, pabrik minyak atsiri kayu putih juga terdapat di Bima dengan luas lahan HGU (hak guna usaha) mencapai 30 ribu hektar.
Kayu putih mulai berkembang di beberapa wilayah NTB, seperti Lombok Timur bagian selatan, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Lombok Timur (Loti) di area Sambelia dan Pringgabaya, Jerowaru, Tambora bagian utara, dan beberapa KPH di pulau Sumbawa.
“Saat ini baru ada dua investor, yaitu di Bima dengan kapasitas pabrik 70 ton per hari dan di Tambora. Kami terus mendorong pengembangan kayu putih, dan sedang membangun persemaian permanen di Desa Rembitan Lombok Tengah dengan kapasitas 5 juta bibit,” terang Julmansyah.
Bibit-bibit ini nantinya akan disuplai kepada petani yang memiliki lahan kering secara gratis. Pembangunan persemaian ditargetkan selesai sebelum September 2024 dan akan diresmikan oleh Menteri LHK atau Presiden.
Perkembangan industrialisasi minyak atsiri kayu putih di NTB diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengurangi ketergantungan impor kayu putih. (bul)