Selong (Suara NTB)- Jumlah Calon Pengantin (Catin) yang sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan diberikan sertifikat Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) selama tahun 2024 sebanyak 1.009 pasangan. Dari 1.009 yang sudah kantongi sertifikat elsimil tersebut, sebanyak 930 Catin atau 92,7 persen berisiko lahirkan anak stunting.
Demikian kata Wakil Ketua III Tim Percepatan Penurunan Stunting Lotim, dr. Shofiyati Jamila di sela acara pelayanan Catin serentak di Kantor Kementerian Agama Lotim, Rabu 12 juni 2024 kemarin.
Dijelaskan, dari data tersebut menggambarkan angka berisiko Stunting cukup tinggi. Hal itu jelas jadi warning buat Lotim. Karena itu, upaya pelayanan kepada Catin tidak boleh berhenti. Kerjasama dengan pihak teknis. Polindes, Pustu, penyuluh KB sehingga bisa membentuk keluarga harmonis.
Mengingat masih beratnya masalah stunting, kini secara nasional target 14 persen tahun 2024 dimutakhirkan menjadi 18 persen. Fokus cegah kemunculan stunting baru dengan fokus masalah Bumil, Baduta dan Catin. Catin yang berisiko lahirkan anak stunting ini berarti ada masalah pada kesehatan.
Kata dr. Shofiyati, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah ini penting. Utamanya bagi calon-calon ibu. Agar tidak melahirkan anak stunting. “Gadis yang sehat lahirkan anak yang sehat,” terangnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Lotim, H. Ahmat saat dikonfirmasi mengakui masih rendahnya capaian pemeriksaan kesehatan catin dan pemberian sertifikat Elsimil. Data DP3AKB sejauh ini sudah 1.700 Catin yang diberikan sertifikat elsimil.
Capaian pemberdayaan sertifikat siap nikah dan Hamil itu diakui paling rendah secara nasional. Karenanya, DP3AKB Lotim terus coba gerakkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang sudah ada di 254 se Lotim ini terus melakukan pendampingan agar tidak muncul stunting baru.
Jumlah keluarga risiko stunting sendiri di Lotim masih cukup besar. Angkanya mencapai 75 ribu. Lewat program pelayanan Catin ini diharapkan dapat kurangi jumlah keluarga risiko stunting dan tidak lahirkan anak stunting.
Berbagai strategi dicoba, termasuk lewat elsimil agar bisa hadirkan keluarga sehat. Disoroti Kadis DP3AKB Lotim ini soal pandangan masyarakat soal pernikahan. Modal nikah selama ini dianggap hanya dua, uang dan pekerjaan. Tidak pernah ada pembicaraan bagi yang menikah apakah sudah siap secara emosional, sudah faham aturan hukum atau tidak.
Tiga bulan sebelum nikah diingatkan harus ada bimbingan. Dalam rangka Harganas ini, coba digerakkan capaian Elsimil ini benar-benar mencapai target. Pasalnya, hal ini dinilai menjadi salah satu penyebab rendahnya capaian se NTB.
Ditambahkan, capaian Elsimil rendah karena anggapan yang diberikan sertifikat hanya kepada yang akan menikah saja. Yakni yang keesokan harinya bakal menikah itu yang diberikan. Sementara, yang lain seperti gadis dan remaja tak pernah diberikan pendampingan. “Kedepan ini bimbingan tiga bulan pra nikah itu harus dilakukan,” imbuhnya.
Pemkab Lotim berencana akan membuat regulasi khusus tentang bimbingan pra nikah ini. Calon pengantin ini wajib akan melalui proses pemeriksaan kesehatan lewat proses aplikasi elsimil. (rus)