Mataram (Suara NTB)- Tim masih berupaya melakukan pemadaman terhadap terbakarnya kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang terjadi Minggu 16 Juni 2024 sekitar pukul 17.00 Wita.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNGR Budi Soesmardi mengatakan, awalnya pihaknya mendapat laporan dari pramuwisata di Senaru bahwa telah terjadi Karhutla yang diduga lokasinya di tebing selatan Pelawangan Aik Berik menuju danau Segara Anak.
Guna menindaklanjuti laporan tersebut, Balai TNGR membentuk satu tim untuk mengecek lokasi diduga terjadi Karhutla. Pada hari Senin 17 Juni 2024, tim pemantau dan pemadaman yang terdiri dari 1 petugas dan 4 orang anggota masyarakat diterjunkan ke lokasi.
“Dikarenakan suasana Hari Raya Idul Adha sehingga kami kesulitan mencari tenaga buruh,” kata Budi Soesmardi kepada Suara NTB, Selasa 18juni 2024 kemarin.
Menurutnya, tim telah berangkat menuju Plawangan Aik Berik sejak Senin kemarin. Namun informasi terakhir, tim bermalam di Pongkor pertemuan untuk selanjut pada hari Selasa guna melanjutkan perjalanan ke Plawangan.
Penanggung Jawab Kebakaran Hutan Balai TNGR Lalu Santawana mengatakan, tim yang berjumlah 5 orang sudah sampai di lokasi terjadinya kebakaran pasa Selasa sore. Namun pihaknya belum mendapat informasi terkait kebakaran hutan ini.
“Kami belum mendapat perkembangan informasi terkait kejadian kebakaran hutan. Monitoring dilakukan di kantor Resort Aik Berik bersama Polsek dan Koramil Batukliang Utara,” kata Lalu Santawana, Selasa 18juni 2024 kemarin.
TNGR memang cukup rentan terjadi bencana kebakaran di musim kemarau. Oleh karena itu sejumlah upaya dilakukan oleh Balai TNGR untuk mencegah kebakaran, terutama di wilayah-wilayah yang cukup rentan.
Dalam pernyataan sebelumnya, Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNGR Budi Soesmardi mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki lahan garapan yang berbatasan dengan wilayah TNGR agar tak membakar sampah sembarangan di musim kemarau.
Kemudian melakukan monitoring hot spot atau titik-titik panas di sejumlah area yang rawan terjadi kebakaran. Pihak TNGR juga memasang imbauan dalam bentuk spanduk di area yang rawan kebakaran agar masyarakat dan pengunjung bisa lebih bijak dalam beraktivitas di sekitar kawasan.
“Untuk pengunjung, pada saat briefing kita arahkan agar benar-benar bijak dalam menggunakan perapian. Kemudian harus dipastikan bahwa api benar-benar padam saat meninggalkan site,” kata Budi Soesmardi pekan kemarin.
Ia mengatakan, sejauh ini pihaknya menilai para pengungjung sudah mematuhi imbauan yang disampaikan oleh Balai TNGR, terutama dalam melakukan aktivitas perapian di dalam kawasan. Terbukti dari belum adanya kasus kebakaran di jalur atau area pendakian Rinjani.(ris)