Mataram (Suara NTB) – Adanya surat edaran ke sekolah mengenai larangan siswa kelas akhir berwisata sedikit berpengaruh terhadap kunjungan ke Museum Negeri NTB. Hingga pertengahan tahun 2024 ini, jumlah pengunjung ke Museum Negeri NTB tercatat sebanyak 25.000 orang. Tidak hanya itu, target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditetapkan sebesar Rp77.900.000, realisasinya sudah 100 persen.
‘’Target PAD yang ditetapkan Pemprov NTB melalui Bappenda sebanyak Rp77.900.000 juta. Per tanggal 27 Juni 2024, realisasi PAD sudah mencapai 100 persen. Ini juga melihat tren positif, tahun 2023 pada pertengahan tahun target juga terpenuhi 100 persen,’’ ujar Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam, S.H., M.H., pada Suara NTB di ruang kerjanya, Kamis 27 Juni 2024.
Tercapainya target ini, ungkapnya, menunjukkan kunjungan ke Museum Negeri NTB cukup tinggi. Hal ini dilakukan, karena rebranding terhadap museum yang sudah dilakukan. Pihaknya mengharapkan pengunjung yang datang ke museum senang dan menjadi alternatif tujuan wisata di NTB.
‘’Terus kita menjaga fasilitas, menjaga kebersihan, tetap menambah item-item yang bisa membuat kunjungan menjadi bagus dengan cara membuat aviari di taman, kolam ikan hias. Tujuannya nanti pengunjung yang lebih banyak anak TK/SD tertarik datang ke museum. Itu re-branding yang kita lakukan, sehinga membuat pengunjung naik. Dan kita juga melakukan museum masuk sekolah. Kita memilih sekolah-sekolah yang perbatasan dan terjauh,’’ terangnya.
Belum lama ini, tambahnya, pihaknya membuat program Museum Goes to Bima dengan mendatangi sekolah dan situs peninggalan sejarah di Kota Bima. Pihaknya mendatangi SMPN 10 Kota Bima di Kecamatan Asakota dan mensosialisasikan mengenai museum dan benda-benda bersejarah. Hal ini merupakan cara museum melakukan branding pada masyarakat.
‘’Museum juga melakukan kunjungan ke Sekolah Satu Atap di Praya Barat Daya, perbatasan Lombok Barat dan Lombok Tengah. Ini juga kita datangi. Setelah didatangi, mereka semangat untuk berkunjung ke museum. Mungkin nanti kita membuat program kunjungan museum ke Sambelia,’’ tambahnya.
Alasan memilih sekolah di pelosok dan perbatasan daerah setelah didasari hasil rapat dengan pihak museum terkait pemerataan informasi, karena akses informasi untuk daerah terpencil, pinggiran terhadap museum agak susah.
‘’Itu cara kita memberikan pemerataan. Kegiatan kita juga dengan memilih sampel-sampel dengan standar tadi. Dan experience itu memberikan semangat bagi rekan-rekan museum yang belum pernah pergi jauh. Jadi dengan segala keterbatasan kita naik gunung atau melewati medan yang menantang. Itu memberikan semacam pengalaman sendiri,’’ ujarnya. (ham)