Tanjung (Suara NTB) – Krisis air bersih warga Gili Meno, disikapi Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU) dengan mengalokasikan anggaran untuk mendistribusikan air bersih menggunakan tongkang. Sejumlah Rp500 juta telah disiapkan Pemda melalui mekanisme pergeseran anggaran untuk menutup kebutuhan darurat warga Gili Meno. Pelaksanaan distribusi air ini dipercayakan kepada Dinas PUPR KLU.
Kadis PUPR Perkim KLU, H. Kahar Rizal, ST., MT., melalui Kabid Cipta Karya, Rangga Wijaya, ST., Selasa, 2 Juli 2024 mengungkapkan, proses persiapan distribusi air ke Gili Meno telah dimulai sejak Selasa kemarin. Hal ini menindaklanjuti sosialisasi yang dilakukan lebih dulu kepada warga di Gili Meno dan manajemen perhotelan sebelumnya.
“Hari ini kita mulai siapkan distribusi dengan mengirim peralatan dan instalasi di lapangan. Kita juga minta bantuan Pemdes untuk menentukan titik lokasi yang bisa dijangkau masyarakat dan memasang tempat dudukan tandon penampung,” ungkap Rangga.
Ia memproyeksikan persiapan pengiriman alat dan memasang sampai dinyatakan siap 100 persen butuh waktu 2 hari (Selasa – Rabu). Selanjutnya, air baru bisa diangkut menggunakan tongkang ke pulau pada hari Kamis, 4 Juli 2024.
Secara teknis, Dinas PUPR kata Rangga, akan memaksimalkan anggaran Rp 500 juta sesuai perencanaan. Mengingat anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan tandon 1000 liter dan 5000 liter, mesin 2 unit (mesin sedot dan mesin dorong), selang pompa 100 meter untuk mengantisipasi kandas kapal tongkang, karena arus surut, aksesoris pipa 2 inch, biaya sewa tongkang, maupun biaya operasional staf yang mengawal distribusi. Satu-satunya yang gratis pada proses ini hanya sumber air PDAM di mana titik lokasi pengambilan ditentukan di Muara Putat, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung.
Persiapan droping sampai sore kemarin, diakui Kabid CK, sudah 95 persen. Rabu hari ini, proses akan dilanjutkan untuk pemasangan instalasi hingga masyarakat bisa mengambil air di 5 titik lokasi yang ditentukan.
“Teknis pengangkutannya, kita siapkan 2 kapal tongkang masing-masing mengangkut 4 ribu liter (4 tandon) sekali jalan. Kita coba terapkan dua kali bolak-balik, sehingga sehari itu bisa mensuplai 16.000 liter,” terangnya.
Air yang diangkut menggunakan tongkang selanjutnya akan ditampung di tandon-tandon penyimpanan yang disiapkan di 5 titik. Di mana kapasitas penyimpanan per titik adalah 5.000 liter.
Menurut telaah Dinas PUPR, jumlah warga (non hotel) di Gili Meno sejumlah 900 jiwa. Dengan asumsi kebutuhan per orang 60 liter per hari untuk mandi, cuci dan masak, maka jumlah ideal yang harus disiapkan adalah 54.000 liter. “Langkah awal kita siapkan 16.000 liter, kalau dirasa habis, kita tambah lagi volume angkutan menjadi 3 kali. Sebagai sesuatu yang baru pertama kali, tentu tidak sempurna. Sembari berjalan distribusi, kita lakukan evaluasi dengan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk aparat setempat,” terang Rangga.
Ia menambahkan, volume angkutan Muara Putat – Gili Meno sangat tergantung pada kemampuan kapten kapal. Selain itu, faktor cuaca (air surut) juga ikut mempengaruhi kelancaran distribusi. Potensi kendala tersebut sudah diantisipasi dengan menyiapkan selang pipa sejauh 100 meter dan pompa dorong.
“Suplai tahap pertama akan berlangsung selama 50 hari. Pengangkutan juga tidak harus setiap hari. Umpama stok masih ada, kemungkinan pengangkutan akan dilakukan selang sehari,” jelasnya.
Rangga menambahkan, pada proses eksekusi anggaran Rp 500 juta ini, Pemda menunjuk Dinas PU sebagai pelaksana. Sesuai instruksi, Dinas PU tidak melakukan tender ataupun PL melainkan eksekusi langsung dengan tujuan mempercepat pemenuhan krisis air bersih warga Meno.
“Proses eksekusi anggaran ini tidak tender, karena selain sifatnya darurat, proses tender juga lama. Tetapi dalam pelaksanaan, kita dilengkapi oleh berita acara rapat, telaah staf, keputusan pergeseran anggaran dan dokumen lain dilengkapi saat semua berjalan,” tandasnya. (ari)