Bau Keke adalah salah satu tradisi unik dari masyarakat pesisir Pantai Serpiq Desa Lembar, Kecamatan Lembar, Lombok Barat (Lobar). Bau Keke adalah istilah bahasa Sasak yang dalam bahasa Indonesia berarti mengambil atau menangkap kerang.
Di Desa Lembar, Keke dengan mudah bisa ditemukan di pesisir pantai, terutama saat air laut sedang surut, sehingga membuat aktivitas Bau Keke ini kerap dilakukan warga sekitar. Tradisi unik ini kemudian dimanfaatkan pemerintah desa dan pemuda Desa Lembar untuk membuat sebuah event yang bertujuan mengundang wisatawan untuk datang ke Desa Lembar.
“Kami dari pimpinan yang ada di desa dan tokoh masyarakat, tokoh pemuda berkomitmen ingin menjadikan desa Lembar ini menjadi Desa tujuan wisata,” ucap Kepala Desa Lembar Sainah saat pembukaan Festival Budaya Bau Keke 2024 yang dilakukan di Pantai Serpiq, Kebon Bongor, Desa Lembar, Minggu 14 juli .Oleh karena itu, sambungnya, pihaknya mengedukasi, mengadopsi kebiasaan masyarakat yang dalam kesehariannya mencari nafkah dengan Bau Keke. Itu kemudian dimodifikasi menjadi sebuah daya tarik supaya bagaimana wisatawan lokal maupun mancanegara bisa tertarik untuk berkunjung ke tempat ini.
Sainah, menjelaskan, jika Festival Bau Keke tahun ini merupakan kegiatan yang ke tiga kalinya, walaupun diakuinya sudah dilakukan sejak tahun 2016 yang lalu. “Sebenarnya kegiatan ini sudah kami laksanakan dari tahun 2016, tapi tidak kami lanjutkan dan kami laksanakan lagi mulai tahun 2023 yang lalu atas dasar banyaknya masukan dari berbagai pihak,” terangnya.
Pihaknya berharap Festival Bau Keke ini bisa masuk ke dalam kalender event pariwisata Lobar. Selain kegiatan utama yakni Bau Keke, event ini juga dirangkai dengan sejumlah legiatan dan atraksi seni seperti penampilan musik tradisional gendang beleq, atraksi presean dan kemping bersama di pantai Serpiq.
Di tempat yang sama, Penjabat (Pj) Bupati Lobar H. Ilham yang langsung hadir membuka Festival Bau Keke ini memeberikan apresiasi tinggi atas kolaborasi yang dilakukan Pemerintah Desa Lembar dengan pemuda dan pihak lainnya, sehingga menghasilkan sebuah event yang menarik.
Bagi Ilham, Festival Bau Keke ini bukan hanya sebatas event untuk mendatangkan wisatawan, namun juga sebagai ajang melestarikan budaya atau tradisi di tengah gempuran budaya luar yang masuk sekarang ini. “Mempertahankan budaya yang tumbuh berkembang di daerah kita bukan pekerjaan yang mudah karena kita harus menghadapi tantangan budaya luar yang masuk ke daerah kita,” tutur Ilham.
Dalam hal ini, ujarnya, butuh komitmen yang kuat, harus memiliki semangat yang kuat dan harus butuh kebersamaan yang baik agar pelestarian budaya yang turun temurun dari nenek moyang sampai saat ini bisa dipertahankan. ‘’Jika tidak, maka budaya kita akan tergilas, akan tergusur oleh budaya luar dengan segala macam bentuknya yang pada akhirnya akan mengaburkan makna kearifan lokal yang ada di tempat kita masing-masing,” ujarnya mengingatkan.
Senada dengan Pj Bupati Lobar, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata (Dispar) Lobar Irman Sumantri yang juga hadir di lokasi memberikan apresiasi pada Desa Lembar dalam upaya mengembangkan Desa Lembar menjadi destinasi wisata.
Selanjutnya ia berharap masyarakat yang saat ini mulai sadar akan potensi desa mereka sebagai tujuan wisata, menjadi lebih sadar terhadap sapta pesona pariwisata.”Dari aman, bersih, ramah dan seterusnya itu kita harap bisa kita upayakan di sini, sehingga efek yang dihasilkan dari event ini bisa dirasakan dalam waktu yang lama atau berkelanjutan yang berujung pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” lanjutnya.
“Belum lagi letak Desa Lembar yang dekat dengan pelabuhan yang notabene merupakan pintu masuk wisatawan, tentu kami harap Desa Lembar bisa lebih maju lagi sehingga bisa menjadi opsi lain sebagai destinasi wisata di Lombok Barat,” tambahnya. (her)