spot_img
Rabu, Desember 11, 2024
spot_img
BerandaNTBHarga Lobster AnjlokPembudidaya di Kampung Lobster Terpaksa Lakukan Tunda Jual

Harga Lobster AnjlokPembudidaya di Kampung Lobster Terpaksa Lakukan Tunda Jual

Selong (Suara NTB) –Harga lobster di Lombok Timur (Lotim) beberapa bulan terakhir anjlok. Kondisi ini memaksa pembudidaya di Kampung Lobster Telong Elong Kecamatan Jerowaru melakukan tunda jual.
“Harga udang (lobster-red) ini merosot sekali sekarang,” sebut Amaq Zen, salah satu pembudidaya kepada Suara NTB, Senin 15 Juli 2024.
Ia mengatakan ia memiliki 15 lubang Keramba Jaring Apung (KJA). Belasan lubang KJA itu ditaruh bibit lobster pasir dan mutiara sebanyak 1.000 ekor. Saat ini, sudah waktunya panen.

Akan tetapi, ia belum berani menjual dengan kondisi harga sekarang. Jenis pasir Rp 200 ribu per kilogram. Sedangkan mutiara Rp 350 ribu per kilogram. Sementara jauh sebelumnya, harga pasir ini Rp 350-450 ribu per kilogram. Sedangkan untuk mutiara Rp 500-700 ribu per kilogram.
Menurut Amaq Zen, kalau dijual dengan harga sekarang pembudidaya pasti merugi. Modalnya saja Rp 50 juta memulai persiapan budidaya. Mulai dari bibit paling kecil Rp 15 ribu. Paling besar pasir Rp 25 ribu per ekor dan mutiara Rp 40-59 ribu per ekor. Belum lagi harga pakan yang terus juga makin mahal.

Hadirnya bantuan pemerintah untuk pembudidaya lobster ini sangat disyukuri. Utamanya bantuan keramba jaring apung. Harapannya, tidak saja diintervensi soal budidaya tapi juga harganya saat ini diharapkan bisa menyenangkan pembudidaya. “Mudahan kita dibantu harga mahal oleh pemerintah supaya dapat untung,” pinta Amaq Zen.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lotim, Muhammad Zainuddin yang diwawancarai di tempat yang sama turut prihatin dengan masalah yang dihadapi pembudidaya saat ini. Khususnya lobster mutiara yang menjadi primadona. Harga biasa tembus Rp 800 ribu per kilogram kini merosot menjadi Rp 300 ribu per kilogram.

Kadis Kelautan dan Perikanan Lotim ini turut mempersoalkan apa penyebab merosotnya harga komoditi ekspor ini. Pemerintah pusat diharapkan bisa membantu atasi masalah pasar global. Mungkin ada potensi pasar ekspor ke Timur Tengah atau Eropa yang lebih menjanjikan dibandingkan negara lain.
Lobster yang dihasilkan dari Kampung Lobster Lotim ini katanya merupakan kualitas premium. Lobster mutiara sebagai lobster termahal diharapkan bisa kembali normal harganya agar pembudidaya tetap semangat membudidayakan.
Masalah pakan dan juga masih menjadi keluhan pembudidaya. Benih sejauh ini dibeli dari alam. Belum ada penangkar khusus. “Beli dari yang menangkap secara alami,” imbuhnya.
Budidaya lobster di Kabupaten Lombok Timur mulai marak dilakukan sejak 2000, yakni mulai dari proyek Co-fish 1998-2004. Melihat tren perkembangan lobster di Lotim cukup besar membuat pemerintah tertarik menjadikan wilayah Lotim sebagai sentra produksi. Saat ini, dengan menjadi kampung Lobster, perairan di Lotim ini menjadi tempat budidaya lobster terbesar di Indonesia.

Jumlah lubang KJA di Kampung Lobster yang ada di Teluk Jukung dan pengembangan di teluk Ekas saat ini sudah mencapai 8.400 lubang. Sebanyak 1.800 pembudidaya terlibat dalam program. Jumlah lubang KJA di seluruh Indonesia, 10 ribu unit. Artinya, 84 persen di antaranya ada di Lotim. Karena itu, Lotim menjadi tempat budidaya terbesar nasional.
Dari Kampung Lobster di Lotim saat ini telah mampu produksi 120 ton per tahun. Jumlah ini diprediksi terus akan meningkat seiring dengan perluasan kawasan tempat budidaya.
Setelah ditetapkannya kampung lobster sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 64 2021, kampung lobster menjadi terus berkembang. Sejauh ini sudah digelontorkan dana dari KKP RI Rp 52 miliar. Terhitung sejak 2021 sampai dengan 2023. “Alhamdulillah, eks dermaga perhubungan provinsi yang telah diberikan ke KKP dan telah dilakukan perbaikan untuk instalasi,” demikian paparnya (rus)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO