Mataram (Suara NTB) – Sebanyak 4 persen dari jumlah penduduk NTB mengalami kebutaan, yang paling banyak ialah pengidap penyakit mata katarak. Jumlah ini menjadikan NTB menjadi daerah nomor dua dengan jumlah angka kebutaan tertinggi secara nasional setelah Jawa Timur.
Menurut Dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Mata NTB, Dessy Rahmawati, NTB menjadi urutan kedua disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya ada faktor usia serta kondisi bawaan dari lahir.
“Kalau untuk NTB angka kebutaan kita di Indonesia, kita nomor dua, di bawah Jawa Timur, yang terbanyak memang buta karena Katarak” katanya setelah acara pembukaan TTG di Islamic Center, Senin, 15 Juni 2024.
Jumlah 4 persen penduduk NTB yang mengalami kebutaan setara dengan 224.760 penduduk. Banyaknya angka kebutaan ini didominasi oleh penduduk usia 50 ke atas, yang mana kebutaan ini disebabkan oleh faktor usia.
“Rata-rata usia 50 tahun ke atas, jadi, katarak itu kekurangan pada lensa yang terjadi pada usia-usia tua memang,” lanjutnya.
Selain faktor usia, ada juga yang mengalami kebutaan dari lahir, disebabkan oleh trauma, disposisi dari penyakit diabetes militus, bahkan disebabkan pula oleh kondisi cuaca yang mana NTB menjadi salah satu daerah panas di Indonesia.
Meski jumlah penduduk NTB tidak sebanyak provinsi lainnya, khususnya di NTB, menurut Dessy ini dikarenakan oleh dokter spesialis mata di NTB belum tersebar secara merata. Pun secara geografis, banyak masyarakat yang belum mampu mendatangi faskes untuk sekedar konsultasi kondisi mata.
Operasi katarak atau kebutaan menjadi salah satu penyakit yang ditanggung oleh BPJS, meski demikian, masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati manfaat layanan operasi mata melalui program kesehatan BPJS ini. Menurut Dessy, hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk membayar BPJS mandiri karena tidak semua BPJS ditanggung pemerintah.
“Banyak masyarakat yang belum punya BPJS, karena ketidakmampuannya, ada juga kan BPJS mandiri yang harus bayar setiap bulan. Jadi masyarakat tidak tersampaikan pesan-pesan seperti itu,” tambahnya.
Adapun untuk membantu masyarakat terbebas dari kebutaan atau katarak, Dessy mengaku pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memberikan operasi mata secara gratis, yang mana masyarakat hanya menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga saja.
“Kami rutin melakukan bakti sosial untuk masyarakat yang tidak punya BPJS dan untuk masyarakat kurang mampu, jadi pasien datang hanya menunjukkan KTP dan KK saja,” ujarnya.
Selain berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, RS Mata NTB juga bekerjasama dengan mitra untuk mendukung 1.600 mata se Nusa Tenggara Barat. Bakti sosial 1.600 mata ini di peruntukkan untuk pasien katarak saja, yang mana RS Mata NTB telah melaksanakan kegiatan ini di beberapa daerah di pulau Sumbawa seperti Bima, Dompu, dan Sumbawa. “Bakti sosial untuk pasien-pasien katarak,” tukasnya. (era)