Selong (Suara NTB) – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terhitung sejak 1 Juli 2024 lalu ditetapkan siaga darurat mengatasi kekeringan. Sampai saat ini, terlapor sebanyak 295 warga yang mulai merasakan krisis air bersih.
Demikian dikemukakan Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lotim, Lalu Mulyadi menjawab media di Selong, Selasa, 16 Juli 2024.
Disampaikan, ratusan warga tersebut tersebar di delapan kecamatan se Kabupaten Lotim, mulai dari Sambelia, Suela, Keruak, Jerowaru, Sakra Timur, Pringgabaya, Sakra Barat dan Sikur. “Sikur meski di bagian utara sejuk, tapi di bagian selatannya ada yang kekurangan air,” tuturnya.
Mengutip kembali penjelasan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kondisi Lotim ada yang status awas dan ada status waspada. Yang berada status awas adalah Kecamatan Sambelia. Kecamatan lainnya masuk kategori waspada. Setelah semua dalam status awas, maka Lotim siap meningkatkan status menjadi tanggap darurat.
Sampai saat ini, kata Lalu Mulyadi BPBD belum melakukan pendistribusian air bersih kepada warga. Hal ini karena dianggap belum ada permintaan. Meski demikian, sejumlah dermawan sudah ada yang menyalurkan bantuan air bersih ke warga yang mengalami krisis kebutuhan pokok tersebut.
Sesuai prediksi BMKG, kemarau tahun ini tidak akan berlangsung lama. Beberapa tempat diketahui sudah mulai diguyur hujan. Saat ini dinilai menjadi masa peralihan dari el nino ke la nina.
Puncak kekeringan diprediksi akan terjadi pada bulan Oktober 2024 nanti. Untuk itu pihak BPBD mengimbau kepada masyarakat untuk menghemat penggunaan air dan memanfaatkan sumber air yang berasal dari waduk untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebelumnya, Camat Jerowaru, Komarudin menyampaikan saat ini sebenarnya sudah banyak warga yang minta bantuan distribusi air bersih. Utamanya di tujuh desa yang menjadi langganan mengalami krisis, yakni yang berada di ujung selatan Jerowaru. (rus)