spot_img
Kamis, September 19, 2024
spot_img
BerandaPENDIDIKANPenghapusan Jurusan di SMA, Sekolah Berperan Beri Bimbingan ke Siswa dalam Menentukan...

Penghapusan Jurusan di SMA, Sekolah Berperan Beri Bimbingan ke Siswa dalam Menentukan Pilihan Mapel

Mataram (Suara NTB) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghapus sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Kurikulum Merdeka. Sejumlah SMA Penggerak di NTB telah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak beberapa tahun terakhir. Dalam praktiknya, pemilihan mata pelajaran (Mapel) oleh siswa bergantung dari kesiapan di sekolah. Pihak sekolah juga berperan dalam memberikan bimbingan ke siswa dalam menentukan pilihan mapel.

Kepala SMAN 1 Kayangan, H. Moch. Fatkoer Rohman, S.Pd., M.Pd., pada Jumat, 19 Juli 2024 mengatakan, SMAN 1 Kayangan merupakan sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan 2. Karena itu, SMAN 1 Kayangan sudah menerapkan kurikulum merdeka sejak tahun ajaran 2022/2023. Maka, pada tahun ajaran baru ini, semua kelas sudah melaksanakan kurikulum merdeka. Pihaknya sudah menerapkan penghapusan penjurusan tersebut.

“Tentu dengan sudah melaksanakan kurikulum merdeka, ketika siswa kelas X naik ke kelas XI sudah tidak ada lagi melaksanakan penjurusan seperti kurikulum dulu (Kurikulum 2013). Kalau di kurikulum merdeka tidak ada lagi penjurusan. Jadi siswa itu bebas memilih  mata pelajarannya,” ungkap Fatkoer.

Ia menjelaskan, kelas XI dan XII memiliki dua macam mapel, yaitu mata pelajaran umum dan mata pelajaran pilihan. Mapel umum diikuti oleh semua siswa. Sedangkan mapel pilihan berbeda-beda. Sekolah wajib menyediakan tujuh mapel pilihan, siswa memilih lima mapel yang disukai sesuai minat dan bakat.

Namun, walau siswa bebas memilih mapel, sekolah tidak bisa melayani semua keinginan siswa tersebut. Tetap tergantung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia.

“Saat siswa memilih, kami survei, meminta anak memilih lima mapel. Setelah dipilih, kami analisis dengan kebutuhan yang ada. Misalkan kalau hasil survei itu banyak sekali yang memilih informatika, tetapi ketersediaan guru terbatas, tidak bisa semua kita layani. Walau siswa memilih tetap sekolah mengatur kembali tergentung kesiapan guru yang ada,” jelas Fatkoer.

Meski demikian, Fatkoer menekankan, jangan sampai siswa salah memilih mapel. Menurutnya, ada juga kecenderungan siswa ikut-ikutan memilih mapel tertentu. Oleh karena itu, di situlah perlunya bimbingan dari guru BK. Andaikan siswa salah pilih mapel, mereka bisa membatalkan pilihan mapel tersebut.

“Andaikan salah pilih, boleh siswa membatalkan pilihan, siswa bisa menganulir pilihannya. Kami berikan batas waktu selama satu semester,” ujarnya.

Fatkoer, selaku kepala sekolah dan pendidik menyambut baik kebijakan penghapusan jurusan ini. Hal itu sesuai dengan kurikulum merdeka yang memberikan keleluasaan sesuai kebutuhan siswa. “Jadi keleluasaan itu termasuk diterapkan dalam mapel pilihan. Sebenarnya Merdeka Belajar itu luas, kita harus memenuhi kebutuhan siswa, tapi tetap bergantung SDM, dalam hal ini ketersedan guru,” pungkas Fatkoer.

Sebelumnya, Sub Koordinator Kurikulum Bidang SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Purni Susanto pada Kamis, 18 Juli 2024 menjelaskan, penghapusan penjurusan itu berlaku bagi SMA yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Terutama bagi SMA yang kelas XI dan XII-nya melaksanakan kurikulum merdeka.

Menurut Purni, dengan terbitnya Permendikbudristek no 12 tahun 2024, mulai tahun ini pemerintah mewajibkan semua sekolah mulai PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, termasuk sekolah di bawah kementerian Agama untuk menerapkan kurikulum merdeka.

“Pada kurikulum merdeka, sudah tidak dikenal lagi istilah jurusan sebagaimana kurikulum 2013. Yang ada adalah kelompok mata pelajaran pilihan,” ujar Purni.

Kelompok mata pelajaran pilihan ini, ada yang berbasis sains, seperti fisika, kimia, biologi. Ada juga yang berbasis sosial seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, geografi, atau pun ada yang berbasis bahasa seperti bahasa Indonesia tingkat lanjut, dan sejumlah mata pelajaran bahasa asing lainnya.

Pada kurikulum merdeka, siswa tidak terikat harus menempuh semua mata pelajaran IPA saja seperti kurikulum sebelumnya. Boleh jadi siswa mengambil kelompok mapel IPA/sains dan sebagian lagi mapel bahasa secara bersamaan, karena mereka berminat pada ilmu sains dan sekaligus ilmu bahasa.

Sedangkan, di kurikulum lama, bila siswa mengambil jurusan IPS, maka mereka harus menempuh semua paket mata pelajaran pada rumpun IPS, seperti ekonomi, sosiologi, geografi. Suka ataupun tidak suka, mereka wajib menempuh semua paket mata pelajaran tersebut. Berbeda halnya dengan kurikulum baru ini. Siswa boleh saja menempuh mata pelajaran IPS, seperti sejarah, ekonomi, tetapi tidak suka geografi. Maka mata pelajaran geografi boleh tidak diambil, lalu diganti dengan mata pelajaran biologi yang dia sukai.

“Di sinilah salah satu esensi kurikulum merdeka, di mana anak lebih leluasa (merdeka) menempuh pelajaran sesuai minat dan bakatnya. Kalau dulu saat masih SMA, mungkin seseorang ambil jurusan IPA, maka konsekuensi semua mata pelajaran IPA seperti biologi, fisika, kimia harus ditempuh. Padahal boleh jadi siswa itu tidak suka pelajaran fisika, tetapi karena ambil jurusan IPA, dengan terpaksa, suka tidak suka harus mengikuti pelajaran fisika yang tidak disukai itu,” pungkas Purni. (ron)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -


VIDEO