Lombok Tengah (Suara NTB) – Gubernur NTB periode 2018-2023, Dr. H. Zulkieflimansyah menghadiri Milad Yayasan ke-32 dan Tabligh Akbar Yayasan Pondok Pesantren Nurul Islam Dasan Baru Desa Murbaya, Pringgarata Lombok Tengah, Minggu, 21 Juli 2024.
Ketika didapuk memberikan sambutan, Bang Zul menyampaikan ucapan selamat milad dan membeberkan beberapa kisah inspiratif tentang pengalamannya mendirikan perguruan tinggi, tentang program beasiswa NTB yang bukan untuk gagah-gagahan hingga pentingnya santri menguasai teknologi yang akan menciptakan apa yang disebut sebagai Window of Opportunity, atau jendela kesempatan.
Pengalaman Dirikan Perguruan Tinggi
Bang Zul mengapresiasi capaian Ponpes Nurul Islam Pringgarata yang memiliki sejumlah lembaga pendidikan dari dasar hingga menengah.
“Adanya Khataman Quran, Elementary School, kemudian Madrasah Aliyah. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlampau lama. Sekolah Tinggi agama Islam atau Institut atau Universitas bisa juga dihadirkan di tempat ini,” katanya diamini para jemaah Ponpes.
Bang Zul lebih lanjut memaparkan lika-liku mendirikan sebuah lembaga pendidikan di Jakarta. Punya sekolah dari TK, SD, SMP, SMA dan STKIP.
Bagi Bang Zul, mengelola lembaga pendidikan adalah sebuah proses dengan pengorbanan yang panjang.
Untuk membangun Universitas, katanya, Yayasan harus punya tanah minimal 30 hektar, tidak boleh kurang.
Harus ada program studi minimal 10, bukan hanya sains, tetapi ada juga program studi sosial.
“Kalau institut minimal 6 prodi. Setiap prodi minimal 6 lulusan S2 yang linier di bidang tertentu. Tapi Yayasan punya keberanian men-declare. Insyaallah di tempat kita ini suatu saat akan hadir perguruan tinggi juga,” ulasnya menyemangati pengurus dan jamaah Ponpes.
Santri Melek Teknologi
Bang Zul juga menyinggung banyak orang yang tidak berani bermimpi.
Dia lantas menceritakan kisah seorang teman yang menulis buku dan seringkali diceritakan.
Bukunya sangat populer berjudul 21 lessons in the 21st Century.
Bagaimana perubahan teknologi di masa datang akan mengubah cara kita mendidik anak-anak kita.
Bang Zul menceritakan bagaimana kecanggihan teknologi AI artificial intelligence hingga Chat GPT.
“Membayangkan teknologi smartphone 10 tahun lalu, bapak ibu, sudah ada belum? Maka 10 tahun yang akan datang. smartphone sudah tidak ada lagi di genggaman bapak ibu menurut buku ini. Tetapi sudah ada dalam pikiran bapak ibu sendiri. Jadi orang kemana-mana tidak bawa HP fisiknya, karena dengan kartu yang elektronik sedikit disuntik ke dalam tubuh kita, maka semua program di dalam HP nempel di kepala kita,” ulasnya.
“Jadi nanti kalau adik itu ditanya hadits dari Bukhari Muslim sampai bertebal-tebal sudah ada dalam kepalanya. Nanti menghafal Al-Qur’an tidak perlu satu satu. Semua ada dalam kepalanya. Nah kalau semua terinternalisasi dalam kepala kita karena teknologi, bagaimana kita mendidik anak-anak kita,” papar Bang Zul.
Beasiswa NTB
Bang Zul juga kembali menyampaikan program unggulannya mengirimkan ribuan anak NTB belajar ke Luar Negeri ketika menjadi Gubernur NTB periode 2018-2023.
“Ketika saya jadi gubernur kita kirim ribuan anak-anak NTB belajar ke luar negeri, bukan karena gagah-gagahan,” tegasnya.
Bang Zul lantas menceritakan pengalamannya belajar di luar negeri. Sejak SMA di Australia, kemudian kuliah di Jepang, Belanda, Swedia, 5 tahun kuliah di Inggris dan terakhir di Amerika.
“Hampir di tiap tempat saya kuliah, anak NTB itu selalu dibekali ilmu pengetahuan agama yang lebih baik dibandingkan teman dari provinsi lain,” cetusnya.
“Jadi mengapa saya bersemangat mengirim ribuan anak NTB ke luar negeri. Karena anak NTB itu, minimal kalau pulang Ramadhan menyapa kita di luar negeri, anak NTB bisa baca Qur’an, bisa jadi Imam dan sebagainya,” ulas Bang Zul.
“Saya waktu di Belanda, hanya karena bisa Azan, saya tidak perlu bayar makanan. Ada teman kita dari Bangka Belitung anggota DPD, ustadz Sukri namanya. Dia jadi imam shalat di masjid Virginia Amerika. Dia bisa beli apartemen hanya karena memimpin shalat subuh berjemaah,” kenangnya.
Bang Zul juga optimis akan melanjutkan program beasiswa NTB, termasuk untuk para santri.
Bang Zul menuturkan bagaimana ia sempat bercanda dengan tuan guru yang ingin mengirim anaknya kuliah agama di Sudan.
Tetapi Bang Zul memberikan gambaran bahwa Sudan jauh lebih tertinggal dibandingkan Lombok Tengah.
“Dan saya berseloroh mengatakan kepada Tuan Guru bagaimana kalau putranya kita kirim belajar ke Amerika atau Eropa. Tuan gurunya lama natap saya, mungkin ingin mengatakan, ‘Doktor Zul ini sekuler orangnya. Masak belajar Agama di Amerika’. Tapi ibu-ibu, mungkin Karena belum pernah ke Amerika, pertumbuhan orang Islam di Amerika itu sangat besar. Kalau turun dari bandara, hampir semua sopir taksi itu Orang Islam. Dan ketika kita menyatakan Assalamualaikum saja. Spontan orang itu menanyakan darimana. Kami dari Indonesia, anda muslim ya muslim. Dia tidak mau ambil uang taksi kita. Hanya modal assalamualaikum doang. Jadi, pedagang dan sebagainya, karena Orang Barat paling susah bangun pagi, biar gajinya puluhan juta. Orang Barat disuruh bangun jam 5 pagi Orang Barat nggak bisa. Tapi Orang Pringgarata, yang uangnya banyak, bangunkan jangankan jam 5, jam 4 pun oke,” ungkap Bang Zul.
Pada bagian terakhir sambutannya, Bang Zul mengingatkan Pondok Pesantren ke depan harus bersahabat dengan teknologi. Jika tidak bersahabat dengan teknologi, tidak akan maju dan sebagainya.
“Jadi pesan saya kepada Ponpes ini, anak muda harus bersahabat dengan teknologi,” imbaunya.
Dia lantas menceritakan pertemuannya dengan salah seorang santriwati Nurul Hakim di Kediri, Lombok Barat.
“Ternyata orang ini anak gadis berusia 20-an tahun, tapi dia mampu membuat produk kosmetik hanya karena belajar dari HP. Dia bikin geger bea cukai karena kemampuan Bahasa Arab dan Inggrisnya bagus. Dia bikin kosmetik dari HP tanpa izin dari BPOM. Ketika dia bersahabat dengan teknologi ada windows opportunity, jendela yang memberikan banyak kesempatan,” pungkasnya. (r/*)