Giri Menang (Suara NTB) – Sebagian besar wilayah Lombok Barat (Lobar) saat ini dilanda krisis air bersih sebagai dampak dari kekeringan. Tren wilayah terdampak pun bertambah. Selain kekeringan, Lobar juga dihadapkan pada kejadian kebakaran yang cenderung meningkat di tengah kondisi kemarau ini. Sejauh ini untuk menyuplai warga yang terdampak kekeringan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) baru mendistribusikan 30 ribu liter air bersih.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Lobar H. M. Sahlan mengatakan Lobar saat ini dihadapkan pada musim kemarau, kendati cuacanya dingin dan angin kencang. Namun tidak ada hujan, sehingga memicu bencana kekeringan dan kebakaran. “Ini memicu terjadinya bencana (kebakaran dan kekeringan),” kata Sahlan, akhir pekan kemarin.
Disebutkan, beberapa wilayah di Lobar di antaranya mulai dari wilayah Sekotong, Lembar, sebagian Gerung, sebagian Kuripan dan Batulayar, warga dilanda kekurangan air bersih dampak kekeringan.
Untuk penanganan warga terdampak kekeringan ini pun Pemkab membentuk tim penanggulangan kekeringan yang bertugas menyalurkan air bersih. OPD yang terlibat sudah dijadwalkan penyaluran air bersih, yakni Damkar, BPBD, Dinas Sosial, PMI, Polres dan PTAM Giri Menang. Dan untuk Damkar mendapatkan tugas penanganan air bersih di Kecamatan Lembar, terdiri dari Dusun Pelepok, Dusun Lendang Andus dan Kesambik Rempek. “Sampai dengan hari ini kami sudah menyalurkan 30 liter untuk masyarakat,” sebut Sahlan.
30 ribu liter itu disalurkan pada enam kali turun pendistribusian, di mana satu tangki air yang didistribusikan kapasitas 5 ribu liter. Diakui, untuk pendistribusian air ini menggunakan anggaran yang melekat di OPD, bukan khusus dari penanganan bencana atau BTT bencana, sehingga pihaknya berharap ada alokasi dana khusus untuk penanganan kekeringan, baik pembelian BBM, makan minum petugas. Syukur-syukur ada diupayakan untuk honor tenaga yang turun mendistribusikan air bersih.
Ke depan, pihaknya berharap ada solusi jangka panjang yang dilakukan, sehingga tidak berkepanjangan tiap tahun untuk penanganan melalui distribusi air bersih ke warga terdampak. Perlu ada teknis dan teknologi untuk mengangkat air ke wlayah terdampak kekeringan yang ada di daratan tinggi.
Lebih lanjut, selain kekeringan. Musim kemarau juga memicu kejadian kebakaran. Di mana sampai saat ini terjadi 40 kasus kebakaran, di mana tren peningkatan kejadian terjadi pada akhir-akhir ini. “Kejadian kebakaran sudah 40 lebih kejadian dari Januari, tapi banyak terjadi akhir-akhir ini,” jelasnya.
Pihaknya pun mengimbau warga jangan memanfaatkan kondisi kemarau ini untuk bercocok tanam dengan membakar lahan. Sebab lahan yang kerap terbakar itu di areal pembuktian atau pegunungan sangat membahayakan. (her)