Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB menggelar puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Taman Edukasi Landfill Hill Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok Kabupaten Lombok Barat (Lobar) Jumat, 19 Juli 2024.
Hadir dalam kesempatan tersebut Sekda NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, MSi., Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB Julmansyah, puluhan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pejabat Pemda Lobar, pejabat Pemkot Mataram, Forkopimda, dan sejumlah stakeholder lainnya.
Kadis LHK NTB Julmansyah mengatakan, pihaknya memilih melaksanakan puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di lokasi ini untuk merefleksikan begitu beratnya DLHK dalam pengelolaan sampah di TPA.
Baca Juga : Pemprov NTB – PT. AMNT Segera RekonsiliasiUntuk Tentukan DBH Keuntungan Bersih PT AMNT Tahun 2023
Landfill Hill ini adalah sebuah bukit setinggi 40 meter yang telah digunakan selama 30 tahun untuk membuang sampah Kota Mataram dan Lobar.
“Saat ini ada sekitar 300 ton sampah per hari yang dikirim ke TPA. Sehingga butuh upaya yang serius untuk mengelola sampah, jika tidak, maka akan menimbulkan kegaduhan,” kata Julmansyah saat memberikan laporan.
Ia mengatakan, DLHK NTB masih terus berupaya mengubah kesan TPA yang bau dan kotor menjadi tempat yang layak dikunjungi. Bahkan bekas landfill yang menjadi lokasi pelaksanaan acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini sedang disulap menjadi taman edukasi tempat masyarakat berekreasi dan beraktivitas.
“Kami juga telah memberikan Rp683 juta sebagai kompensasi dampak negatif kepada delapan desa yang terdampak oleh TPAR sejak tiga tahun terakhir,” katanya.
Sekda NTB H. Lalu Gita Ariadi mengatakan, Pemprov NTB terus berupaya agar tumpukan sampah tidak menjadi masalah, namun justru menjadi berkah. Sebab dari sampah ini ada sumberdaya yang bisa dikonversi menjadi ekonomi.
“Apa yang kita lakukan ini merupakan jawaban dari ungkapan yang sering kita dengar yaitu kita jaga alam maka alam akan jaga kita. Salah satunya dengan kegiatan restorasi lahan pada kawasan yang sudah kita eksploitasi,” katanya.
Sekda mengatakan, sekitar 300 ton sampah yang masuk ke TPAR Kebon Kongok setiap hari. Sehingga sangat perlu dilakukan upaya yang ril di tingkat hulu untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA ini.
“Kita tertinggal satu atau dua generasi dari bangsa yang sudah maju misalnya di Eropa. Di mana pengelolaan sampah plastik di luar negeri sudah sangat maju dengan menggunakan teknologi,” ujarnya.
Sehingga perlu perjuangan dan dukungan semua pihak. Termasuk butuh langkah kreatif, inovatif dan solutif dari DLHK NTB dalam menangani sampah ini. Misalnya dengan memperbanyak black soldier flies, menjadikan sampah pelet bahan bakar dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan tersebut digelar penanaman pohon di sekitar area Taman Edukasi Landfill Hill guna menghijaukan kawasan tersebut. Sebab sejauh ini masih sedikit bibit pohon yang ditanam di bekas landfill itu.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan pemberian sejumlah penghargaan dalam bidang lingkungan seperti penghargaan Proper, Kalpataru, Desa Proklim, Perusahaan Mitra Labling, Desa Mitra TPA yang diberikan kepada delapan desa lingkar TPA, Perhutanan Sosial Terbaik, serta KPH Terbaik. Tak sampai di situ, penyelenggara juga menggelar pementasan wayang kulit pada Jumat, 19 Juli 2024 yang ditonton oleh masyarakat desa lingkar TPAR dan sekitarnya.
Untuk informasi, Taman Edukasi ini sudah mulai dimanfaatkan untuk masyarakat. Misalnya kelompok ibu-ibu senam, kemudian banyak anak-anak muda yang rekreasi dan berswa foto, terlebih di waktu senja. Bekas landfill yang menjadi bukit buatan itu sangat cantik sebagai tempat berburu sunset. (ris)