spot_img
Jumat, September 20, 2024
spot_img
BerandaNTBSUMBAWAHaji Mo Serukan Pelestarian Tradisi "Mangan Barema"

Haji Mo Serukan Pelestarian Tradisi “Mangan Barema”

Sumbawa Besar (Suara NTB) – Bupati Kabupaten Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah alias Haji Mo, mengatakan, acara “Mangan Barema” (makan bersama) harus terus dilestarikan sebagai wujud rasa syukur dan mempererat silaturahmi.

“Kegiatan ini “mangan barema” merupakan tradisi yang sarat makna, di mana kita semua berkumpul, berbagi makanan, dan menikmati kebersamaan,” kata Haji Mo saat kegiatan mangan barema di desa Tatede, Kecamatan Lopok, Senin, 22 Juli 2024.

Haji Mo meyakinkan, tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa saling menghargai yang telah diwariskan oleh leluhur. Oleh karena itu, tradisi harus terus dijaga serta dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman.

“Desa Tatede, sebagai desa budaya, memiliki peran penting dalam menjaga kekayaan budaya Sumbawa dan tradisi Mangan Barema ini sebagai bentuk dalam merawat warisan budaya,” ujarnya.

Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terus mendukung dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan budaya. Semoga kegiatan “mangan barema” bisa semakin mempererat silaturahmi, menjaga kerukunan, dan melestarikan budaya lokal.

“Tradisi ini diharapkan bisa lebih inovatif dengan menyisipkan tambahan kegiatan. Yakni mengawalinya dengan gotong royong atau hal lainnya yang lebih bermanfaat, sehingga memberikan gambaran bahwa masyarakat adalah masyarakat pekerja,” tukasnya.

Kades Tatede, Subadri melaporkan bahwa Mangan Barema ini dalam rangka memperkuat silaturahmi dan melestarikan budaya lokal. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun. Serta, sebagai wujud rasa syukur atas hasil penan melimpah.

“Alhamdulillah masyarakat Desa Tatede, Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa secara konsisten terus melestarikan adat istiadat local “Mangan Barema ini,” ucapnya.

Sementara Camat Lopok, Ifan Indrajaya merasa bangga karena para pejabat daerah dapat hadir di acara tersebut. Desa Tatede ini adalah desa budaya yang rutin melaksanakan tradisi ini.

“Kegiatan ini sebagai wujud syukur masyarakat atas rahmat dan rezeki baik hasil bumi, tanah, air dan udara. Kami berharap tradisi ini bisa masuk dalam kalender wisata kabupaten maupun propinsi sehingga budaya ini dapat dikenal lebih luas,” tutupnya. (ils)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -


VIDEO