Mataram (Suara NTB) – Kantor Bahasa Provinsi NTB memperkenalkan Kamus Sasambo-Indonesia Bergambar, Kamus Aksara Braille, dan Kamus Bahasa Isyarat kepada tenaga pendidik dan siswa pada sekolah di Lombok Barat (Lobar) dan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Gilang Aryo Damar dan Kasman sebagai perwakilan Tim Efektif Kamus Terpadu memperkenalkan Kamus Sasambo-Indonesia Bergambar, Kamus Aksara Braille, dan Kamus Bahasa Isyarat kepada tenaga pendidik dan siswa di SDN 3 Beleka, SDN 1 Gelogor, SMPN 1 Narmada, dan SMPN 1 Lingsar, pada Kamis 25 juli 2024.
Para siswa tampak senang dan kagum saat mereka mencoba menyentuh aksara Braille dalam Kamus Terpadu Sasambo yang diluncurkan Kantor Bahasa Provinsi NTB. Sosialisasi Kamus Terpadu Sasambo adalah langkah Kantor Bahasa NTB dalam memperkenalkan inovasi teranyar yang merangkul teman-teman difabel. Kamus Aksara Braille yang tadi ditampilkan merupakan cara Kantor Bahasa memperkenalkan bahasa daerah kepada penyandang tuna netra.
Kamus Terpadu Sasambo terdiri atas berbagai versi. Selain Kamus Aksara Braille, Kamus Terpadu juga terdiri atas Kamus Bahasa Isyarat dan Kamus Sasambo-Indonesia Bergambar. Pengenalan Kamus Terpadu Sasambo menambah wawasan baru bagi siswa yang masih asing dengan teman-teman difabel.
“Kamus ini sangat bermanfaat tidak hanya bagi teman-teman difabel, tetapi bagi kami juga. Dengan adanya kamus ini, kami bisa memahami penyandang disabilitas lebih baik lagi. Anak-anak memang perlu diperkanalkan dengan hal-hal seperti ini agar dapat memahami kemajemukan masyarakat,” ungkap Hardiman, salah seorang guru di SMPN 1 Lingsar.
Sebelumnya, Sosialisasi Kamus Terpadu Sasambo sebagai milestone jangka menengah Kantor Bahasa NTB dalam merangkul teman-teman difabel juga dilakukan di Kabupaten Lombok Utara, Rabu 24 juli 2024. Empat sekolah yang menjadi peserta sosialisasi, yaitu SDN 7 Pemenang Barat, SDN 3 Pemenang Timur, SMPN 4 Tanjung, dan SMPN 3 Gangga.
Tim Efektif Kamus Terpadu yang diwakili oleh Kasman (Widyabasa Ahli Muda) dan Gilang Aryo Damar (Penelaah Teknis Kebijakan) bergantian memungkinkan siswa dan tenaga pendidik mengenal bahasa isyarat dan aksara Braille melalui kamus terpadu. Sama seperti di Lombok Tengah, Tim Efektif Kamus Terpadu mengajak peserta untuk merangkul seluruh lapisan masyarakat, termasuk teman-teman difabel.
“Salah satu tujuan dibuatnya kamus ini adalah untuk aksesibilitas bahasa. Yang dimaksud dengan aksesibilitas bahasa adalah menyediakan akses kepada individu yang mengalami keterbatasan fisik, seperti tuna netra dan tuna rungu,” ungkap Gilang saat menjelaskan tujuan dibuatnya Kamus Terpadu Sasambo.
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu bahasa isyarat dan aksara Braille. Para siswa tampak kagum karena baru pertama kali ini melihat dan menyentuh langsung buku beraksara Braille.
“Dengan diadakannya sosialisasi ini, diharapkan semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan memperhatikan keberadaan teman-teman difabel sehingga bisa hidup berdampingan dengan harmonis,” pungkas Kasman. (ron)