Mataram (Suara NTB) – Komunitas Akarpohon Mataram menggelar Perayaan Buku novel “Teori Pernikahan Bahagia” karya Aliurridha yang diterbikan Falcon Publishing, Juni 2024. Perayaan buku itu digelar di Segara Space, Taman Baru, Kota Mataram, pada Sabtu, 27 Juli 2024 malam.
Dalam acara tersebut, hadir Aliurridha selaku penulis, Jamiluddin Nur sebagai pembedah, Mila Sari sebagai pemandu, serta Danang Setiawan selaku penampil. Buku novel Teori Pernikahan Bahagia merupakan buku tunggal pertama Aliurridha.
Diskusi dipandu Mila Sari, Duta Bahasa NTB 2023 yang meraih 1st runner-up Puteri Indonesia NTB 2024. Aliurridha menceritakan, ide awal novel ini berdasarkan cerpennya berjudul Teori Pernikahan Bahagia yang terbit di Koran Tempo pada 27 November 2022. Di cerpen itu, ia mencoba bereksperimen menulis cerpen menggunakan bentuk penulisan karya ilmiah.
Kemudian pada awal tahun 2023, Aliurridha dihubungi pihak Falcon yang tertarik membeli cerpen tersebut untuk diadaptasi menjadi film. Ia ditawarkan untuk membuat cerpen tersebut menjadi novel. Ia mengakui ada perbedaan dari cerpen dan novel yang baru terbit ini.
“Terkait apa perbedaan cerpen dan novel, di novel ada kultur Arab sedangkan di cerpen tidak menceritakan kultur arab. Dari cerpen itu, hanya teori dari salah satu tokoh Hermawan yang saya kembangkan,” ujar dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Mataram (Unram) ini.
Selain menulis novel, Aliurridha juga menulis cerpen, esai, puisi, dan resensi. Karyanya tersebar di berbagai media massa. Cerpennya berjudul Metamorfosa Rosa terpilih dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas 2021 (Kompas, 2022). Pada tahun 2023 dia diundang sebagai emerging writer untuk menghadiri Makassar International Writers Festival. Di tahun yang sama novelanya berjudul Lisa Menjadi Lumb-Lumba memenangkan sayembara menulis Kisah di Balik 98 dan telah diterbitkan dalam antologi cerita pilihan Dee Lestari (Falcon Publishing, 2024).
Terkait ide-ide cerita dalam karyanya, Aliurridha mengaku mendapatkannya dari cerita-cerita di sekitarnya. “Saya temukan cerita di sekitar saya, yang mendesak saya menuliskannya. Saya menangkap realitas di sekitar saya, kemudian mengolahnya menjadi karya sastra,” ungkap Aliurridha.
Secara singkat, novel ini menceritakan salah satu tokoh bernama Hermawan memiliki sebuah teori seputar pernikahan yang menekankan pada kesesuaian latar belakang keluarga. Teori ini membuatnya meragukan pilihan calon suami putrinya. Raina menganggap alasan ayahnya tidak masuk akal dan bersikeras untuk tetap menikah dengan Zefki. Begitu pula dengan Zefki. Meskipun menghadapi tentangan dari keluarganya, yang menjunjung tradisi dalam balutan busana agama, Zefki memutuskan tetap menikahi Raina, tidak peduli jika itu berarti ia harus meninggalkan keluarganya. Pernikahan mereka kemudian membuka jalan bagi serangkaian konflik.
Seiring berjalannya waktu, pasangan ini diuji dengan berbagai tantangan yang lebih rumit dari sekadar perbedaan latar belakang. Masalah internal dalam hubungan mereka, rasa tidak saling percaya, termasuk ketidaksetiaan pasangan, membuka jalan kehancuran bagi pernikahan mereka. Meski keduanya masih bersama, Hermawan merasa perlu bertanya kepada putrinya untuk mengkonfirmasi teorinya. Raina terjebak; ia tidak tahu apakah harus berkata jujur atau bohong kepada ayahnya.
“Saya mencoba membangun ceritanya itu dengan menceritakan seputar kehidupan orang Arab,” ungkap Aliurridha, yang saat ini tinggal di Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat dan bergiat di Komunitas Akarpohon.
Pembedah novel Teori Pernikahan Bahagia, Jamiluddin Nur mengatakan, sebagai produk budaya, sebuah karya sastra tentu dibangun dari unsur kultural, tidak terkecuali “Teori Pernikahan Bahagia”. Latar belakang para tokoh menggambarkan unsur kultural ini dengan sangat jelas.
“Tokoh Zainal, Zefki, Zahiya tampak didominasi unsur kultural ini dalam proses perwujudan tokohnya. Ini bahkan menurut saya mendominasi cerita mulai dari awal, konflik, hingga klimaks,” jelas dosen Program Studi (Prodi) Komunikasi Unram ini.
Catatan pentingnya setelah membaca novel Teori Pernikahan Bahagia adalah betapa hasrat akan orisinalitas menjadi dasar dibangunnya hampir keseluruhan cerita. “Hasrat akan orisinalitas ini bisa saya jelaskan dengan sederhana, merupakan hasrat yang membuat kita selalu menginginkan, memuja, mengagungkan, memperjuangkan, bahkan menjadikan orisinalitas seperti ‘Tuhan’,” ujar Jamiluddin.
Jamiluddin Nur juga menyoroti karakter yang diciptakan Aliurridha untuk membantu tokoh utama, atau ia mengistilahkan sebagai Non-Playable Character (NPC). NPC merupakan karakter yang dibuat oleh pengembang game untuk membantu karakter utama menyelesaikan misinya.
“Aliurridha, sebagai pengarang, sedang mengambil peran seperti pengembang game. Ia telah mengatur apapun yang seharusnya dilakukan dan diucapkan oleh semua tokoh dalam ‘Teori Pernikahan Bahagia’. Pada akhirnya, karya sastra merupakan simulasi dari kode perintah pikiran pengarang terhadap latar, situasi hingga tokoh/karakter dalam sebuah peristiwa,” jelas Jamiluddin.
Perayaan Buku Teori Pernikahan Bahagia ditutup dengan penampilan Danang Setiawan, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Unram. Saat ini, ia aktif berproses teater di Sanggar Anak Gunung dan Teater Putih FKIP Unram. Danang membacakan potongan novel Teori Pernikahan Bahagia. (ron)