spot_img
Minggu, Februari 23, 2025
spot_img
BerandaEKONOMISuka Duka Penambang di Sekotong, Pernah Cuan 48 Kg Emas

Suka Duka Penambang di Sekotong, Pernah Cuan 48 Kg Emas

Sekotong (Suara NTB) – Tambang emas di Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Sekotong sudah menjadi usaha tetap yang dilakoni penduduk di wilayah tersebut. Seperti diketahui, menambang emas menjanjikan keuntungan dalam jumlah besar. Namun, terdapat beberapa risiko dalam pengelolaannya.

Penambang Emas berinisial (Z), berusia 39 tahun menuturkan, ia pernah merasakan pahit manis menambang emas. Pada 2014 lalu, ia mendapatkan emas murni seberat 48 kilogram dengan modal Rp 9 juta rupiah. Saat itu, harga emas masih murah, yaitu Rp300 ribu per gramnya. Sehingga total yang diterima dari hasil bagi rata dari pendapatan tersebut sebesar Rp760 juta per orang. Dengan jumlah 12 karyawan.

Modal yang ia gunakan 10 tahun lalu diakuinya tidak sebesar saat ini, mengingat di awal-awal penambangaan emas tersebut dimulai, sistem pengolahan emasnya masih banyak menggunakan alat manual, dan lebih banyak menggunakan tenaga manusia. Berbanding terbalik dengan saat ini, para penambang lebih banyak memanfaatkan alat-alat modern dengan harga alat yang cukup mahal. Diakuinya hingga saat ini, proses pengolahan yang ia lakukan menggunakan gelondongan dan sistem tong.

Ia menjelaskan, dalam perjalanannya sebagai bos penambang, pernah mengalami beberapa kali kerugian dengan jumlah yang tidak sedikit. Pada tahun 2019-2020 lalu, kerugiannya mencapai Rp 1,2 miliar di tiga lokasi tambang berbeda. Saat itu, ia lebih banyak menggunakan tenaga dari luar yaitu dari Pulau Jawa, dibandingkan dengan penambang lokal wilayah setempat.

Menurut keterangannya, selama melakukan aktivitas tambang ia belum pernah mengalami resiko lain selain kerugian modal. ia sempat vakum satu tahun dalam menambang pada 2018 lalu dikarenakan gempa bumi yang pernah mengguncang Pulau Lombok saat itu. Sementara, di masa pandemi, ja mengakui tidak menghentikan aktivitasnya dalam menambang.

Pada tahun 2023, ia sempat meraup keuntungan sebesar 3 kilogram emas lebih pada dua lokasi yang berbeda. Karyawan ia miliki saat itu adalah penambang lokal sebanyak 27 orang. Hingga pada tahun 2024, ia belum meraih keuntungan lagi, dan modal yang dikeluarkan sebanyak Rp150 juta. Dalam keterangannya, meski saat ini harga emas mengalami kenaikan, tidak berdampak secara signifikan bagi para penambang dikarenakan harga alat dan bahan pengolahan emas yang cukup tinggi.

Pria asal Dusun Selodong, Desa persiapan Belongas tersebut mengakui untung dan rugi yang ia tempuh tidak membuatnya berhenti menambang. “Kalau rugi, dulu juga sebelum ada tambang emas, kami di sini pernah hidup jauh lebih susah. Sudah sifatnya orang berusaha ada untung dan ruginya, jadi tidak masalah,” ungkapnya.

Meski banyak penjarahan yang dilakukan para penambang mandiri, bahasa lokalnya ‘ngeloyong’, ia menyampaikan lokasi lubang emasnya belum pernah dijarah. Biasanya, lokasi tambang yang dijarah adalah mereka yang sulit memberikan akses kepada para pengeloyong, yang akhirnya berujung ricuh. (ulf)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO