Giri Menang (Suara NTB)- Pilkada Lombok Barat (Lobar) kian dekat, tinggal beberapa bulan lagi. Bakal pasangan calon pun bergerilya turun mendulang dukungan. Untuk mengantisipasi kecurangan terjadi pada Pilkada, entah itu politik uang maupun lainnya, pasangan Nauvar Furqoni Farinduan dan Hj Khairatun atau Rintun membentuk tim Satgas Pemantau Politik uang (money politic).
Tim satgas ini nantinya berkoordinasi dengan Bawalsu dan Sentra Gakkumdu. Dan Tim Satgas ini juga untuk mengawal dan mengamankan suara Bakal Paslon Rintun ketika Pilkada nanti. Tim Pemenangan Bakal Paslon Farin-Hj Khairatun atau Rintun, Muazzam Fadli menerangkan pihaknya akan membentuk tim Satgas Pemantau Money politik atau politik uang.
“Kami akan membentuk satgas tim pemantau money politic, karena laporan dari beberapa kecamatan kami sudah identifikasi nama-nama pemilih yang dicatat dengan dua kode, yakni uang dan barang,” kata dia, kemarin.
Muazzam menerangkan, tim satgas ini akan membantu kerja Bawalsu dan Gakkumdu. Di mana tim ini menyiapkan materi sebagai bahan laporan ke Bawaslu. Dikatakan, salah satu tujuan pihaknya melakukan Rakor dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Tim adalah untuk membentuk satgas pemantau politik uang. Rakor dan Bimtek tim pemenangan ini ini dihadiri kurang lebih sekitar 125 orang. Yang terdiri tim militan kedua pasangan bakal calon tersebut yang sebenarnya telah terbentuk sejak lama.
“Meton Farin sudah punya tim, dari dulu kan dia sudah solid betul. Kemudian bu Khairatun dan pak Fauzan (mantan Bupati Lobar), selama ini kita bergerak secara sendiri-sendiri,” bebernya. Sehingga melalui Rakor tersebut diharapkan, tim dari pihak Farin yang disebut tim Bale Beleq, yang lengkap dengan tim srikandinya.
Kemudian tim pemenangan Fauzan Khalid dulunya, yang disebut Sopoq Angen dan tim Inges dari Khairatun diharapakn bisa semakin solid dan kompak untuk mengawal Pilkada untuk kemenangan pasangan Farin-Khairatun. Ditambah lagi dengan tim milenial dan satgas pemantau politik uang.
“Kita harapkan tim ini bisa terkoneksi dengan baik. Supaya selanjutnya tim ini bergerak secara terstruktur, sistematis dan massif,” sambungnya. Sehingga temuan-temuan yang didapati di lapangan, seperti data orang-orang yang teridentifikasi berpotensi untuk “dibeli” itu sudah bisa didapatkan. Dan pergerakannya bisa dipantau. “Kalau di tingkat Kabupaten nanti anggotanya (satgas pemantau money politic) sekitar 10 orang. Yang akan menggerakkan untuk tim kita di bawah,” terangnya.
Pihaknya pun mencoba memetakan daerah-daerah yang diidentifikasi rawan atau berwarna merah, daerah yang kuning hingga daerah hijau. Berdasarkan data dari Pilkada di tahun 2018 lalu, serta hasil-hasil survei. “Makanya kita kan akan ada dua Pokja (kelompok kerja), ada Pokja penggalangan suara dan Pokja pengamanan,” jelas Muazzam.
Ia menyebut agar berbagai potensi kecurangan yang bisa saja merugikan dapat diantisipasi nantinya. Terlebih kata dia, berkaca dari pengalaman saat Pileg pada Februari lalu. “Ya karena percuma kita dari sisi penggalangan suara kita banyak, tapi dari sisi pengamanan kita lemah,” pungkasnya. (her)