Sumbawa Besar (Suara NTB)- Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda), mencatat sisa penduduk miskin di Sumbawa mencapai angka 59.000 dan akan menjadi atensi untuk terus ditekan.
“Jadi, dari angka 63.000 penduduk miskin tahun 2023 turun ke angka 4.400 di tahun 2024, kami juga tetap berupaya menurunkan angka tersebut,” kata Kepala Bappelitbangda melalui Kabid perekonomian dan sumber daya alam, Iwan Setiawan, kepada Suara NTB, Selasa 30 juni 2024.
Iwan pun memastikan, selain menurunkan angka tersebut, pemerintah juga akan terus menjaga agar 4.400 ini tidak lagu masuk ke angka kemiskinan. Salah satunya dengan program yang langsung menyentuh masyarakat misalnya pengembangan UMKM.
“Kita tetap akan menjaga mereka agar tidak masuk lagi ke kemiskinan, termasuk juga kita akan berikan bantuan stimulan di penguatan infrastruktur jalan,” ujarnya.
Dia melanjutkan, misalnya di angka 4.400 itu ada petani, maka pihaknya akan memperbaiki infrastruktur sarana penunjang pertanian. Harapannya dengan pola demikian, masyarakat yang sudah keluar dari garis kemiskinan bisa tetap terjaga dengan program yang disiapkan pemerintah.
“Jadi, infrastruktur pertanian, perikanan dan peternakan tetap jalan dan akan kita genjot melalui program yang ada di SKPD masing-masing,” ujarnya.
Sebelumnya, kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbawa, Yudi Wahyudin menyampaikan bahwa Per Maret 2024, tingkat kemiskinan menurun menjadi 12,87 persen dari 13,91 persen pada Maret 2023. Sementara itu, penduduk miskin pada Maret 2024 turun 4,4 ribu orang dari Maret 2023.
“Angka kemiskinan ini merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir,” ucapnya.
Persentase penduduk miskin lanjutnya pada Maret 2024 turun 1,04 persen poin terhadap Maret 2023. Angka ini merupakan angka penurunan tiga terbesar dari Kabupaten/ Kota di Provinasi NTB.
“Sedangkan Garis Kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp 477.774 perkapita/bulan, naik 8,10 persen terhadap garis kemiskinan Maret 2023,” jelasnya.
Dia melanjutkan tipologi komoditas yang memberi sumbangan besar terhadap garis kemiskinan NTB menunjukkan kontribsi yang relatif sama antara komoditas bahan makan dan bukan bahan makanan baik di perkotaan maupun di perdesaan.
“Kontribusi komoditas bahan makanan di perkotaan sebesar 75,34 persen dan perdesaan sebesar 76,06 persen dengan komoditas tertinggi adalah beras yang mencapai 29,45 persen di perkotaan, 33,72 persen di perdesaan,” ujarnya.
Selanjutnya, komoditas bukan makanan di perkotaan sebesar 24,66 persen dan perdesaan sebesar 24,44 persen dengan komoditas tertinggi adalah perumahan yang mencapai 6,89 persen di perkotaan, 8,69 persen di perdesaan.
“Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, namun dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan,” sebutnya.
Pada periode Maret 2023 – Maret 2024, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Pada Maret 2024 Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,98, turun dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 2,27.
“Sementara untuk, Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama mengalami penurunan dari 0,56 menjadi 0,53,” tukasnya. (ils)