Giri Menang (Suara NTB) – Sejumlah proyek yang dibangun Pemkab Lombok Barat (Lobar) sejak beberapa tahun terakhir hingga kini belum dimanfaatkan maksimal alias mangkrak. Berbagai jenis proyek yang kebanyakan pada sektor Pariwisata, Perindustrian dan Perdagangan tersebut diperkirakan menelan anggaran hingga 13,9 miliar. Perencanaan Pemkab Lobar pun disorot tidak matang dalam membangun sejumlah proyek mubazir tersebut.
Berdasarkan data dan informasi yang dihimpun Suara NTB, beberapa fasilitas pariwisata dan UMKM yang tak berfungsi maksimal di antaranya, bangunan Pasar Seni dan Kuliner di kawasan Pura Lingsar Desa Lingsar yang dibangun tahun 2016 dengan menelan anggaran Rp3,1 miliar tak dimanfaatkan. Dan Gedung Budaya Narmada senilai Rp2,6 Miliar. Galeri UMKM Desa Pusuk Lestari, Kecamatan Batulayar       yang dibangun dengan anggaran Rp1,4 miliar.
Kemudian Fasilitas Wisata gunung Sasak Kecamatan Gerung        senilai Rp1,6 miliar. Proyek art shop (pasar seni) dan kuliner di Lingsar yang menelan anggaran Rp3,1 miliar. Selanjutnya bangunan artshop pameran dan sentra tenun Kebon Ayu Gerung senilai Rp1,5 Miliar dan trigona park Batulayar yang dibangun dengan biaya Rp1 Miliar. Dan proyek penataan kawasan Taman Narmada di Kebon Datu Desa Peresak kecamatan Narmada yang dibangun dengan anggaran Rp2,7 miliar.
Ketua Komisi III DPRD Lobar, H. Jumahir menyoroti banyaknya proyek yang dibangun sia-sia tersebut. Di antaranya di Kebon Datu Desa Peresak yang sudah dibangun beberapa tahun lalu. “Ini sudah dibangun, kalau tidak dimanfaatkan kan sia-sia,” kata Jumahir, kemarin. Kendalanya di Kebon Datu dan proyek lainnya yang dibangun, akses jalan yang tidak memadai. Di mana akses pengunjung menuju lokasi tersebut jembatannya kecil. “Kalau pengunjung tidak bisa ke tempat ini kan sia-sia,” ujar politisi Golkar ini.
Jembatan dan jalan kecil, sehingga sulit dilewati kendaraan besar roda empat dan tidak bisa dilalui bus. Ditambah lagi akses menuju lokasi wisata itu, masih jalan setapak. Jangankan pengunjung, warga yang mau berjualan di lokasi itu pun enggan untuk ke sana karena sepi, tidak ada pengunjung.
Sekarang yang perlu dilakukan kata Sektretaris Golkar Lobar itu, bagaimana upaya Pemda dalam hal ini Dinas terkait seperti Dinas Pariwisata dan lainnya untuk memanfaatkan proyek tersebut. Tentunya butuh dibangun akses memadai yang bisa dijangkau oleh pengunjung. Konsekuensinya butuh pembiayaan lagi untuk itu. Pemda harus memprioritaskannya.
“Seharusnya itu masuk dalam perencanaan waktu pembangunan proyek itu dulu, dilengkapi akses,” tegasnya. Di sinilah, menurutnya yang kurang direncanakan oleh OPD dan konsultan perencana. Sehingga kalau itu sudah disiapkan, begitu proyek selesai dibangun dengan akses jalan memadai maka langsung bisa dimanfaatkan.
Sama seperti proyek Trigona Park Bengkaung Batulayar, dibangun di akses jalan terjal curam dan menanjak sehingga menyulitkan penghujung masuk. Termasuk TPST yang dibangun di Senteluk, tak maksimal melayani warga karena tidak ada jalan khusus. Sehingga kalau melewati pemukiman warga menjadi persoalan. Ia menilai, melihat kondisi proyek yang mangkrak ini disebabkan oleh perencanaan Pemda kurang matang. “Perencanaan proyek ini tidak matang,”tegasnya.
Padahal saat ini Pemkab kesulitan merealisasikan usulan warga akibat fiskal yang terbatas. Di satu sisi justru Pemkab membangun proyek tak bisa dimanfaatkan oleh warga alias mubazir.
Pihaknya menilai Pemkab membangun tanpa memikirkan dan mengkaji aspek azas manfaat. Padahal sebuah pembangunan itu tujuannya mendongrak ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. “Kalau tidak bisa dimanfaatkan, kan dua ini tidak bisa terkaper,” ujarnya.
Karena itu, belajar dari kasus proyek mangkrak ini kedepan perlu Pemkab selektif membangun. “Bila perlu dilakukan hearing publik kepada warga terhadap proyek yang dibangun,”ujarnya. Sehingga diharapkan proyek yang dibangun bisa sesuai kebutuhan warga, bukan sebaliknya. Pemkab membangun justru pendekatan sekadar bangun proyek.
Sementara itu, Kadis Pariwisata Agus Gunawan mengatakan, pihaknya akan memanggil Kabid terkait yang menangani. Ia akan menanyakan ke Kabid Destinasi. Diketahui proyek wisata itu dibangun disaat Agus belum menjabat sebagai Kadispar. (her)