Sumbawa Besar (Suara NTB)- Dinas Pertanian (Distan) Sumbawa, menyebutkan bahwa debit air di sejumlah bendungan besar di wilayah setempat terus mengalami penyusutan akibat kemarau panjang yang berpotensi mengakibatkan gagal panen.
“Berdasarkan informasi dari Unit Pengelola Bendungan (UPB) bahwa kondisi debit air saat ini terus menyusut, seperti di yang terjadi di bendungan Batu Bulan dan Mamak,” kata Kadistan Sumbawa, Ni Wayan Rusmawati, kepada Suara NTB, Rabu 31 juli 2024.
Wayan pun mengaku sebelumnya sudah melakukan rapat koordinasi dengan UPB terkait ketersediaan air untuk menyukseskan musim tanam kedua. Namun saat pelaksanaan banyak petani yang melanggar pola tanam sehingga air yang tersedia tidak tercukupi.
“Sebenarnya air kita cukup jika diselingi dengan tanaman palawija, tetapi justru petani melanggar sehingga air kita tidak cukup,” ucapnya.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi terakhir dengan UPB bendungan Batu Bulan dengan elevasi yang ada maka diprediksi mampu mengairi luas tanam 4.073 hektar. Seperti penanaman padi diakomodir sebesar 35 persen atau 1.425, hektar, jagung 20 persen atau 814, 6 hektare dan kacang hijau 45 persen atau 1.842, 85 hektar.
“Tetapi faktanya banyak petani yang melanggar, sehingga kondisi airnya tidak cukup,” sebutnya.
Tentu guna menyikapi terjadinya gagal panen, pihaknya tengah menyiapkan mesin pompa air untuk menyelamatkan padi yang sudah hampir putih. Hanya saja, mesin ini hanya bisa digunakan ketika memiliki sumber air permukaan untuk membantu para petani.
“Kita sudah siapkan pompa air yang bisa digunakan oleh para petani dengan catatan memiliki sumber mata air, tetapi jika tidak kita tidak bisa bantu karena akan percuma,” jelasnya.
Disinggung terkait lahan yang mengalami gagal panen, Wayan menyebutkan total lahan puso mencapai 276,4 hektare. Yakni di Kecamatan Lape 7 hektare, di Kecamatan Unter Iwes ada 1,4 hektare, Moyo Hulu 2 hektar dan Plampang 263 hektare dan 263 hektare di desa Muer 131 hektare dan Brang Kolong 132 hektare.
“Lahan ini terdampak Puso ini karena pola tanam berubah apalagi sifatnya tadah hujan dan tidak memiliki sumber air yang memadai,” ucapnya.
Wayan pun mengaku, pihaknya sudah melakukan intervensi secara maksimal terhadap lahan tersebut. Tetapi karena di lokasi tersebut tidak memiliki sumber mata air sehingga musibah gagal panen tersebut terjadi.
“Jadi, di lokasi tersebut tidak ada sumber air, sehingga kita kesulitan untuk melakukan intervensi. Kalau dari segi sarana kita sudah sangat lengkap untuk membantu petani,” tukasnya. (ils)