Tanjung (Suara NTB) – Turtle Conservation Community (TCC) Nipah, Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara (KLU), berhasil masuk nominasi 10 besar pada penghargaan Kalpataru 2024, kategori konservasi. Saat pemberian penghargaan pada 5 Juni lalu di Jakarta, TCC Nipah gagal lolos oleh sesama pegiat penyelamat Penyu dari Yogyakarta.
Wakil Ketua TCC Nipah, Iwan Suyadi, SE., M.Pd., Kamis 1 agustus 2024 mengungkapkan, pada pemberian penghargaan Kalpataru kemarin, TCC Nipah, meraih peringkat kedua kategori konservasi lingkungan (penyu). Kendati gagal mendapat penghargaan utama, namun TCC Nipah patut berbangga. Pasalnya, tujuan komunitas Penyu Desa Malaka, tidak semata penghargaan melainkan bagaimana menyelamatkan kura-kura air tawar Asia Tenggara tersebut.
“Pada pengumuman dan pemberian penghargaan di Jakarta kemarin, kebetulan Pak Bupati dan Sekdis LH juga hadir. Sedangkan dari TCC, hadir Ketua (Fikri) dan saya selaku Wakil Ketua,” kata Iwan.
Ia menjelaskan, secara kinerja TCC Nipah hanya sedikit kalah penilaian dibandingkan penerima penghargaan dari Yogyakarta. Salah satunya, Komunitas Penyu Yogyakarta lebih dulu berdiri 3 tahun dibandingkan TCC Nipah. Perbedaan periodisasi masa berdiri itu secara otomatis berdampak pada penilaian kinerja baik dari program, fasilitas, maupun populasi penyu yang berhasil diselamatkan.
“Kita hanya kalah di periodisasi, tapi selisih perbedaan kita tidak signifikan hanya 10 persen. Itu wajar karena mereka lebih lama berdiri dan melakukan konservasi 3 tahun lebih lama,” terang Iwan.
Lebih lanjut, Iwan sendiri memiliki pandangan lain dimana TCC Nipah memiliki keunggulan dibandingkan TCC Pemenang Kalpataru. Hal ini merujuk pada kondisi lingkungan habitat laut yang rusak, serta tingkat kesadaran masyarakat Lombok Utara yang rendah dan masih menjadikan penyu sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi.
“Pada awal mula pergerakan konservasi penyu, kondisi kita di KLU lebih parah dari situasi mereka. Mereka dalam 3 tahun bisa sedikit memulihkan populasi, sedangkan kita, di tahun kelima masih belum begitu signifikan karena faktor eksternal (perburuan ilegal),” terangnya.
Kesempatan untuk memperoleh pengakuan sebagai penerima penghargaan Kalpataru tahun 2024 tidak lantas menyurutkan semangat para Pengurus TCC Nipah. Iwan menegaskan, pihaknya akan meningkatkan kinerja sekaligus sebagai materi untuk pengajuan Kalpataru tahun 2025 mendatang. Peluang menang semakin dekat, sebab Komunitas atau individu yang sudah memperoleh penghargaan tidak diperbolehkan mendaftar untuk nominasi tahun-tahun berikutnya.
Ia optimis, pada penghargaan Kalpataru tahun 2025, TCC Nipah akan memperoleh penghargaan. Sebab secara penilaian kemarin, posisi Runnerup pada nominasi 10 besar, dinilai akan sulit dikejar oleh nominator ketiga sampai kesepeluh.
“Kita bahkan disarankan untuk ikut lagi pada 2025, dan peluang kita untuk menerima penghargaan sangat terbuka. Sebagai apresiasi kepada pengurus, kita diberikan semacam plakat tanpa uang pembinaan. Sedangkan bagi yang menang, mendapat dana pembinaan sebesar Rp 10 juta,” tambahnya.
Kiprah TCC Nipah di tingkat pusat, dipantau oleh Pemprov NTB. Melalui LH Provinsi, TCC Nipah diberikan piagam Penghargaan, serta dana stimulan. Meskipun jumlah dana tidaklah besar, namun TCC Nipah sangat menghargai bentuk dukungan tersebut.
“Tentunya, ke depan kita berharap ada dukungan program dari APBD. Karena kepedulian terhadap lingkungan merupakan tanggung jawab semua pihak,” tandasnya. (ari)