Selong (Suara NTB) – Program Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana di Nusa Tenggara (Incident) telah mencapai tahap akhirnya setelah berjalan selama dua tahun di delapan desa Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Program yang dimulai sejak November 2022 ini bertujuan untuk mengurangi risiko bencana dengan fokus pada komunitas lokal, sistem pasar, dan pemulihan ekonomi.
Pj. Bupati Lotim, H. Muhammad Juaini Taofik, dalam sambutannya pada acara penutupan program di Kantor Bupati, menekankan pentingnya kolaborasi antarinstansi dan komunitas dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ekonomi. “Kolaborasi adalah kunci untuk membangun kemanusiaan yang lebih baik,” ujarnya.
Salah satu inisiatif utama dalam program ini adalah pelatihan pertanian menggunakan aplikasi Sistem Kesiapsiagaan Pertanian dan Bencana (SKPB), yang telah memberikan bekal kepada petani untuk menghadapi perubahan iklim serta meningkatkan efisiensi dalam pertanian mereka.
Putra Suardika, perwakilan dari World Neighbors, yang turut hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan evaluasi mendalam akan segera dilakukan untuk mengevaluasi dampak dan pelajaran yang diperoleh dari program ini selama dua tahun terakhir.
Acara penutupan dihadiri oleh perwakilan dari World Neighbors, Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM), berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, serta perwakilan dari delapan desa yang menjadi fokus program Incident, serta Forum Penanggulangan Bencana Daerah Lotim. Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan ketahanan petani terhadap perubahan iklim, tetapi juga memperkuat kapasitas komunitas dalam menghadapi bencana alam di masa mendatang.
Dengan berakhirnya program Incident, harapan terbesar adalah bahwa upaya kolaboratif ini akan menjadi landasan bagi kemajuan berkelanjutan dalam perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial ekonomi di Lotim. (rus)