Mataram (Suara NTB) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama industri jasa keuangan akan melakukan sosialisasi dan edukasi ke desa-desa untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, khususnya syariah. Kepala OJK Provinsi NTB, Rudi Sulistyo di Mataram, Rabu, 14 Agustus 2024 menyampaikan, hasil survei literasi dan inklusi keuangan didapatkan, indeks literasi keuangan secara nasional 65,43 persen. Sementara indeks inklusi sebesar 72,02 persen.
Literasi keuangan mencakup pengetahuan tentang lembaga – lembaga keuangan (bank dan non bank). Sementara inklusi keuangan terkait akses masyarakat kepada lembaga-lembaga keuangan (bank dan non bank).
Rudi menambahkan, Indeksi literasi keuangan dan inklusi keuangan menurut jenis Lembaga Jasa Keuangan (LJK). Untuk keuangan konvensional mencapai 65,08 persen. Inklusi keuangan konvensional mencapai 73,55 persen.
Sementara indek literasi dan inklusi keuangan syariah terbilang masih rendah. Inklusinya 12,88 persen dan literasinya 39,11 persen.
Ditambahkannya, segmen masyarakat yang memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang lebih rendah dibandingkan tingkat nasional menurut SNLIK 2024 yaitu masyarakat pedesaan. Kelompok umur 15-17 tahun dan 51-79 tahun. tamatan SD sederjat ke bawah. Tidak/belum bekerja, pelajar/mahasiswa, petani/peternak/pekebun/nelayan, dan pekerja selain pegawai/profesional/pengusaha/wiraswasta/pensiunan/purnawirawan.
“Karena itu, kita akan fokuskan untuk edukasi dan sosialisasi keuangan ke desa – desa dan kelompok masyarakat yang tingkat literasi dan inklusi keuanngannya masih rendah,” jelas Rudi.
Hingga 9 Agustus 2024, OJK NTB sendiri telah menyelenggarakan 68 edukasi keuangan yang diikuti 9.950 orang, tersebar di 10 kabupaten/kota di provinsi ini.
Kolaborasi edukasi bersama Pemda melalui NGERAOS SOLAH (Ngobrol Literasi Keuangan bersama OJK dan IJK), telah diikuti perangkat desa dari 152 desa dan 30 kecamatan di 5 kabupaten/kota. Serta peluasan akses keuangan melalui kredit/pembiayaan melawan rentenir melalui program Lotim Berkembang yang realisasinya sudah mencapai Rp183,66 miliar dengan 13.563 nasabah.
Program Mawar Emas, kredit bergulir berbasis masjid yang realisasinya sudah mencapai Rp3,754 miliar dengan 3.575 nasabah. Dan program penyaluran kredit melawan rentenir di Kota Mataram, yaitu program Harum Berseri yang realisasinya sudah Rp98 juta dengan 98 nasabah. (bul)