Selong (Suara NTB) – Petani porang di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) banyak yang memilih berhenti menanam. Harga porang tidak pernah ada kepastian. Waktu penanaman juga memakan waktu cukup lama. Hal ini menjadi alasan banyak petani tidak bisa lanjut menanam.
Demikian diakui Ketua Perkumpulan Petani Penggiat Porang Nasional (P3N) Kabupaten Lotim, Lalu Ilham menjawab Suara NTB kemarin.
Dia menjelaskan, penanaman massal di NTB mulai dilakukan tahun 2019. Jumlah petani ini pernah di data sampai tahun 2022. Harga jual kemudian macet sejak tahun 2022 lalu disebabkan tidak ada lagi kontrak kerja sama dengan dengan pembeli dari luar negeri. “Hal ini membuat budidaya tidak bisa jalan,” imbuhnya.
Sampai tahun 2024 ini dakui masih berdampak. Sekarang ini dinilai grafik kenaikannya sedikit, sehingga belum membuat petani tertarik. Panen tahun 2022 lalu harganya 2,500-3.000 per kilogram. Tahun 2023 harganya paling mahal Rp 4 ribu per kilogram. “Petani panen sekali lalu berhenti,” ungkapnya.
Harga tahun 2024 ini diakui sudah mulai bagus dengan kisaran Rp 8 ribuan per kilogram. Adanya pabrik di Pringgabaya itu diakui bisa memancing minat petani untuk kembali menanam. Akan tetapi dinilai agak susah untuk meyakinkan kembali para petani. “Cuma masih saja sih yang coba eksis menanam,” sebutnya.
Berdasarkan data tahun 2022 lalu, luas lahan tempat tanam porang ini mencapai 200 hektar, Luas areal tanam tahun ini belum data ulang.
Ditambahkan, setelah beroperasinya pabrik porang yang dibangun Pemerintah Kabupaten Lotim yang sudah dikerjasamakan dengan pihak ketiga itu ditunggu oleh P3N. Sejauh mana P3N akan dilibatkan dalam proses penanaman hingga tata niaga porang ke depan. “P3N seperti apa diposisikan ini, apakah dalam pengadaan bahan baku atau seperti apa, kita masih menunggu,” urainya.
Petani juga berharap supaya dampak dari keberadaan pabrik ini ada nilai plusnya bagi petani porang yang ada di Kabupaten Lotim. Pabrik porang yang ada di Lotim ini diharakan bisa membeli ke petani. Saat ini, sambungnya porang di Lotim sedang limit karena panen terakhir bulan April dan sisanya bulan Agustus tahun 2024 ini. “Ada tersisa stok kecil-kecil saja,” sebutnya.
Hal senada dikemukakan Muhlis, petani porang lainnya. Harga sekarang di bawah 10 ribu perkilogram di petani. Sementara sekarang sudah mulai sangat limit. Harga Rp 8 ribu saat ini diakui sudah cukup baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sudah cukup lama ditunggu harga 5 ribu per kilogram. tahun ini. “Lama kita memimpikan harga Rp 5 ribu, sekarang ini sudah Rp 10 ribu per kilogram,” paparnya lagi.
Ditambahkan, petani banyak tidak mau tanam karena soal kepastian harga yang jelas. “Kalau ada kepastian harga maka, petani akan banyak yang menanam. Prinsipnya, kalau ada yang mau dengan harga menguntungkan banyak akan akan menanam,” ungkapnya.
Sentra budidaya porang di Lotim saat ini ada di Suela Sapit, Masbagik dan Pringgasela. Terakhir ada yang baru di Sembalun. (rus)