Giri Menang (Suara NTB) – Warga Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat (Lobar) butuh dibangunkan akses jalan dan puskesmas pembantu (pustu). Menyusul kejadian miris menimpa warga bernama Hestiani (22) yang mengalami sakit terpaksa digotong mengunakan kain dan bambu menuju akses jalan besar untuk bisa diangkut ke puskesmas yang jaraknya lumayan jauh hingga berkilo-kilo meter.
Untungnya, warga tersebut bisa diselamatkan. Mirisnya, kejadian ini terjadi pada puncak HUT RI ke 79, Sabtu, 17 Agustus 2024. “Di saat hampir semua orang bilang merdeka (rayakan kemerdekaan), tapi warga kami ada yang digotong pakai tandu begitu. Itu bukan miris lagi, sedih saya,” kata Kepala Desa Guntur Macan Najamudin yang ditemui di lokasi warga yang digotong, Senin, 19 Agustus 2024.
Dikatakan, beberapa kepala desa terdahulu sebelumnya sudah sering melakukan permohonan perbaikan jalan ke pihak Pemda Lobar. Tidak hanya Dusun Landungan, dua dusun di Desa Guntur Macan ini juga seakan terisolir dengan akses jalan yang sangat terbatas, seperti Dusun Poan Utara dan Dusun Poan Selatan. “Kita sering evakuasi masyarakat yang sakit. Pakai Linmas dan satpam untuk jaga kalau ada motor yang akan naik untuk distop,” terangnya sambil menggambarkan kondisi jalan di desanya.
Ia pun sangat berharap untuk jalan desa dengan kondisi seperti itu bisa ditingkatkan statusnya menjadi jalan kabupaten. Karena melihat kondisi dan keadaan desa pun untuk menanganinya sangat tidak terbatas. Namun pihak Pemkab berdalih bahwa jalan itu merupakan jalan buntu yang juga menjadi perbatasan dengan hutan lindung.”Tapi banyak hal-lah yang kita pikirkan, terutama nasib warga kami,” ucapnya.
Dijelaskannya, ada sekitar 10 kilometer panjang jalan yang membutuhkan perbaikan yang ada di Desa Guntur Macan. Belum lagi ditambah dengan jalan gang untuk akses sepeda motor. Yang diharapkan dapat terpenuhi menggunakan anggaran desa atau Dana Desa (DD). Tetapi, DD yang didapatkan Desa Guntur Macan pun hanya Rp940 juta lebih. “Itu kan butuh anggaran juga. Tapi tidak bisa, dengan anggaran kita minim betul,” cetusnya.
Mantan Kepala Dusun Apit Aik ini juga mengatakan, akses jalan menuju ke Dusun Ladungan tersebut sebelumnya pernah diukur untuk diperbaiki pada tahun 2021. Bahkan sudah dilakukan pembebasan lahan selebar 2 meter. Diperkirakan jalan tersebut sepanjang 300 an meter lebih untuk menuju pemukiman warga.
Selain jalan, pihaknya berharap dibangunkan pustu. Sebab dengan keberadaan polindes kurang difungsikan, karena keberadaannya jauh dari jangkauannya warga. Ditambah lokasinya yang dianggap menyeramkan oleh warga. Kendati ada petugas nakes yang bertugas, namun tidak menginap layani warga di sana karena memang lokasinya yang jauh dari pemukiman warga.
Karena itu pihaknya berharap dibangunkan Pustu di daerah yang mudah dijangkau warga. “Ada lahan di dekat kantor desa, mudahan Pemda mau beli dan bangun di sini,”harapnya.
Sementara itu, Misbah salah satu warga Dusun Landungan mengatakan, warga yang digotong memang berasal dari Dusun Landungan. Sudah sakit perut beberapa hari pasca melahirkan. Karena situasi darurat dan membutuhkan penanganan cepat, maka menggunakan tandu dengan akses panjang jalan sekitar 300 meter. “Kalau tidak bisa pakai motor ya kita angkat,” kata Muhsan.
Muhsan tinggal di pemukiman terpencil tersebut dengan 12 Kepala Keluarga (KK) lainnya. Diakuinya, air sungai yang melintasi dusun kecil itu pun terkadang meluap. Jembatan kecil untuk menyebrang yang dibuat masyarakat dari bambu juga hampir lapuk. Tidak saja warga yang beraktivitas, anak-anak sekolah, mengaji juga lewat jembatan bambu tersebut. (her)