Mataram (Suara NTB) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menggencarkan kegiatan sosialisasi pelaksanaan pilkada serentak yang dilaksanakan pada 27 November 2024, dengan menyasar pemilih pemula melalui sekolah-sekolah.
“Pemilih pemula ini kami prioritaskan jadi sasaran sosialisasi karena jumlah mereka mendominasi dalam pesta demokrasi pilkada mendatang,” kata Komisioner KPU Kota Mataram Muslih Syuaib di Mataram, Jumat.
Da mengatakan kegiatan sosialisasi kepada pemilih pemula yang saat ini tercatat sekitar 60 persen dari data pemilih tersebut sudah mulai dilaksanakan melalui sekolah SMA/SMK/MA di Kota Mataram.
Untuk tahap awal, kata dia, KPU sudah melaksanakan sosialisasi pilkada ke MA Negeri 2 Mataram dan SMA Kusuma yang berada di tengah kota. Kegiatan serupa juga sudah dijadwalkan pada September untuk dilanjutkan.
“Dalam jadwal, sosialisasi kami sasar di sekolah-sekolah pinggiran agar merata,” katanya.
Ia mengatakan sosialisasi kepada pemilih pemula ini dilakukan karena generasi muda saat ini cenderung apatis dengan kegiatan pemilu demokrasi sebab mereka berpikir kalau pemilihan ini merupakan tugas orang tua, para politisi, pejabat penting, atau lainnya.
Oleh karena itu dalam kegiatan sosialisasi itu, kata dia, KPU menekankan kepada para siswa agar menyalurkan hak pilih menjadi tugas semua masyarakat yang sudah memiliki hak pilih sesuai aturan.
“Menyalurkan hak pilih, bukan sekedar tugas orang tua, orang cerdas, guru, pejabat, dan lainnya. Karena itu, KPU sampaikan kepada siswa, bahwa suara yang mereka sampaikan melalui hak pilih nilainya sama dengan suara orang tua, guru, serta pemilih lainnya.
“Karena itu, jangan sia-siakan, apalagi masuk menjadi golongan putih (golput),” katanya.
Di sisi lain, Muslih mengatakan sosialisasi kepada pemilih pemula itu sekaligus sebagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pilkada serentak 2024.
“KPU menargetkan tingkat partisipasi pemilih dalam pilkada minimal sama dengan Pemilu 2024 sebesar 84 persen. Kalau tidak bisa sama, paling tidak sama dengan partisipasi Pilkada 2019 yakni sebesar 67,2 persen,” katanya.
Menurut dia, jika melihat tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pilkada memang cenderung rendah jika dibandingkan dengan pemilu, dan kondisi itu terjadi di semua daerah bukan hanya di Kota Mataram.
“Mungkin ini disebabkan kalau dalam pemilu semua anggota calon legislatif bergerak masif, sementara saat pilkada relatif landai,” katanya. (ant)