spot_img
Kamis, Desember 12, 2024
spot_img
BerandaNTBLOMBOK BARATOrang Tua dan Siswa di Lobar Diduga Korban Penipuan Berkedok Pendidikan Mengadu...

Orang Tua dan Siswa di Lobar Diduga Korban Penipuan Berkedok Pendidikan Mengadu ke Komisi IV

Giri Menang (Suara NTB) – Orang tua bersama siswa dan siswi Lombok Barat menjadi korban dugaan penipuan yang dilakukan oleh oknum guru salah satu SMK di Kota Mataram. Oknum guru ini diduga memeras korban hingga puluhan juta dan dijanjikan untuk berangkat kerja ke luar negeri, tetapi hingga kini tak ada kepastian. Mereka pun mengadu Komisi IV DPRD Lobar.

“2023 katanya anak ini akan diberangkatkan (bekerja) ke Jepang, terus disuruh mengeluarkan Rp15 juta. Enam bulan kemudian, disuruh lagi ngeluarkan Rp25 juta dan kita disuruh harus ada saat itu juga. Jadinya kita berutang sana-sini di bank,” terang Safarudin, salah satu orang tua korba dari Duman, Lingsar yang hadir mendampingi anaknya di gedung DPRD Lobar, Kamis, 17 Oktober 2024.

Namun, mereka hingga kini sudah hampir setahun membayar tetapi tak kunjung ada kejelasan kapan akan diberangkatkan ke Jepang. Bahkan, saat para orang tua mendatangi oknum guru yang bersangkutan untuk menanyakan kejelasan dan meminta uangnya dikembalikan, tetapi guru itu justru marah-marah. “Akhirnya kita ke rumah beliau (oknum guru) untuk tanya, kalau anak kita gak jadi berangkat, kita mau minta kembali uang kita. Tapi dia malah ngomel-ngomel,” tuturnya.

Sementara itu, ketua komisi IV DPRD Lobar, Muhali memaparkan bahwa pihaknya sudah mendengar secara langsung pengaduan para orang tua terkait dugaan penipuan yang dilalukan oknum guru terhadap anak mereka. “Kita juga belum tahu kepastiannya seperti apa. Tetapi, siswa-siswi ini diambil uangnya oleh sekolah. Apakah itu oknum kepala sekolah, itu juga sedang kami telusuri. Mereka diiming-imingi akan diberangkatkan ke luar negeri,” jelas Muhali, saat dikonfirmasi usai hearing.

Para korban mengeluarkan uang kepada oknum guru tersebut dengan nominal yang berbeda-beda. Mulai dari Rp25 sampai Rp40 juta. “Kami dari komisi IV akan bersurat secara resmi ke DPRD Provinsi, karena ini adalah ranahnya,” imbuh dia.

Saat ini jumlah korban diduga sudah mencapai lima orang, ada juga yang berasal dari Bima. Pihaknya menilai perlu ada perhatian khusus terhadap dunia pendidikan saat ini. Jangan sampai ke depannya, ada lagi pungutan-pungutan kepada siswa-siswi dengan menjanjikan pekerjaan. “Itu kan (pungutan dengan iming-iming pekerjaan) adalah hal yang sangat jelas sudah melanggar,” ujarnya.

Komisi IV DPRD Lobar pun dengan tegas mengatakan akan mengawal kasus ini. Sampai siapa yang terlibat menjadi aktor di baliknya bisa segera diketahui dan ditindak secara tegas. “Kami juga akan investigasi sampai ke bawah, siapa saja yang terlibat. Untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada, seperti kuitansi dan percakapan video dari siswa juga ada,” tegasnya.

Para korban juga mengadukan, bahwa ada di antara mereka yang sudah dinyatakan lulus oleh sekolah dan akan diberangkatkan kerja ke Jepang. Namun, ternyata itu hanyalah iming-iming yang justru dianggap berakhir menjadi sebuah penipuan. “Ada 37 siswa yang dites kemudian katanya lulus untuk berangkat, tapi itu ternyata bohong. Itu hanya untuk memancing murid-murid yang ada di bawah mereka (supaya tertarik),” ungkap politisi dari PPP ini.

Muhali menyebut, melalui hearing ini, para orang tua korban masih berharap persoalan tersebut bisa segera menemui titik terang dan diselesaikan secara baik-baik. “Kami belum mengarah ke sana (menyarankan orang tua untuk lapor polisi) tentu ini kan harapan mereka masih mau dengan cara yang baik. Paling tidak, uang mereka dikembalikan lah,” tandasnya.

Namun pihaknya juga mendesak kepolisian, supaya natinya ketika menerima laporan terkait kasus ini, mereka bisa segera menindak pelakunya. “Supaya jangan sampai ada anak-anak kita yang jadi korban penipuan pendidikan lagi,” harap Muhali.

Hal senada disampaikan komisi IV M Munib. Pihaknya mendorong pihak yang merugikan orang tua dan siswa segera bertanggung jawab. Komisi IV kata dia, akan menindaklanjuti laporan ini dengan melakukan koordinasi ke DPRD NTB. “Kami akan koordinasikan dengan DPRD NTB, karena korban tidak hanya warga Lobar dan lokasinya di Mataram,” imbuhnya.

Atas kejadian ini, pihaknya mengimbau agar warga tidak percaya dengan aktivitas pendidikan atau semacamnya yang tak jelas. (her)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO