Giri Menang (Suara NTB) – Mantan Bupati Lombok Barat dua periode, Dr. H Zaini Arony telah cukup lama tidak aktif dari dunia politik. Namun kematangan cara berfikir dalam membaca arah gerak perkembangan zaman. Hal itu tercermin dari ide-ide briliannya tentang konsep pendidikan bagi generasi masa depan Lombok Barat ke depan.
Konsep-konsep cemerlang tentang pembangunan sumber daya manusia (SDM) kembali muncul dari Zaini ketika masa kampaye pemilihan kepala daerah (Pilkada) Lombok Barat 2024. Ia terjun langsung berkampanye untuk anaknya, Nuavar Furqani Farinduan yang maju sebagai calon Bupati.
Zaini yang juga dikenal sebagai bapak pembangunan Lombok Barat itu turun langsung bertemu dengan masyarakat, menjelaskan konsep-konsep yang akan diterapkan pasangan Farin-Khairatun ketika terpilh menjadi Kepala Daerah Kabupaten Lombok Barat.
Zaini turun ke desa-desa tak sekedar berkampanye untuk Rintun (Farin-Khairatun), tapi juga menyerap apa saja persoalan yang dihadapi masyarakat. Zaini memberi konsep solusi terbaik dengan memanfaatkan potensi dari desa.
Ketika berkunjung ke sejumlah pondok Pesantren (Ponpes) yang ada di Kecamatan Narmada. Ia mengajak tokoh dan masyarakat Narmada untuk mencoblos Nomor 1 di Pilakda Lombok Barat, Zaini mencoba berdiskusi tentang potensi dan solusi persoalan yang dihadapi masyarakat, termasuk tentang kualitas santri lulusan Ponpes.
Konsep menarik yang disampaikan Zaini yang membuat para Pimpinan Ponpes berdecak kagum, yakni soal Satri yang harus tampil dengan formasi lengkap, kaya imtaq (iman dan taqwa) dan kaya Iptek (ilmu dan teknologi).
Artinya, Ponpes harus melakukan satu terobosan baru di bidang Tahfiz Al-Qur’an, mulai dari santri usia dini atau Ibtidaiyah. Yakni dengan melatih santri, tidak hanya mampu menghafal Al-Qur’an tapi juga mengimplementasikan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
“Maksudnya santri tak hanya digembleng masalah Al-Qur’an dan agama tapi juga keterampilam hidup. Karena tidak semua santri akan memilih menjadi ulama, guru agama atau guru ngaji, tapi bisa jadi dia memilih profesi dari skill yang sudah diajarkan di Pondok,” ucap Zaini.
Contoh santri yang ada di kawasan Desa Pesongoran Jukung ini, karena memiliki potensi hutan maka santri harus juga dibekali ilmu cara mengolah hasil hutan menjadi barang atau makanan olehan.
“Bisa jadi karena bekal ilmu ini, ada santri yang berprofesi sebagai pengusaha UMKM di bidang mebel atau makanan olahan hasil hutan. Jadi santri lebih siap bersaing dan memenangkan banyak posisi strategis dalam pembangunan di Lombok Barat,” ujar Zaini.
Itu sebabnya, ke depan Rintun sudah menyiapkan suatu program bea siswa bagi para santri ini. Hal ini bertujuan untuk menambah skill para santri supaya sejajar antara pendidkan agama dan pendidikan umum (pengetahuan dan teknologi).
“Ke depan, kami ingin santri di Lombok Barat tampil dengan skill lengkap, baik itu skill Imtaq maupun Iptek. Santri harus memiliki pengetahuan dan menguasai teknologi, minimal IT karena sekarang kan era digital,” pungkasnya. (ndi/*)