Sumbawa Besar (Suara NTB) – Petani Garam di Desa Labuhan Kuris, Kecamatan Lape mengaku sangat kesulitan untuk memasarkan hasil produk mereka di tengah produksi garam yang sangat melimpah.
“Selama ini yang menjadi persoalan kami petani terkait pemasaran karena kami hanya bisa menjual ke masyarakat sekitar saja kalau keluar kami belum bisa, ” kata Mustaming, Ketua Kelompok Tani Garam Nanga Bangka, Desa Labuhan Kuris kepada Suara NTB, Sabtu, 19 Oktober 2024.
Persoalan pemasaran ini juga sudah disampaikan ke pemerintah, tetapi belum memberikan hasil yang maksimal. Akibatnya banyak juga petani yang terpaksa menumpuk hasil produksinya hingga waktu yang tidak ditentukan sembari menunggu pembeli.
“Sekarang ini hampir semua gudang penyimpanan sudah penuh, apalagi saat ini musim panen dan didukung cuaca yang bagus sehingga produksi melimpah, ” ucapnya.
Mustaming mengaku sudah menjadi petani garam sejak tahun 2011 hingga saat ini dengan total luas lahan garapan mencapai 3 hektare. Untuk satu kali produksi biasanya bisa menghasilkan garam dengan kualitas garam beryodium sekitar 1000 karung.
“Kalau untuk pembelian dengan jumlah besar belum ada pak, jadi kita hanya menjual ke masyarakat sekitar dan ke Kecamatan Lape termasuk juga Maronge,” sebutnya.
“Kami berharap supaya pemerintah biss memberikan atensi khusus terkait permasalahan pemasaran garam ini sehingga petani bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” tukasnya.
Penjabat sementara (Pjs) Bupati Sumbawa, Dr. Najamuddin Amy, memastikan akan mencari jalan keluar terbaik terkait pemasaran garam lokal tersebut. Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait (Dikoperindag dan UMKM) untuk melakukan identifikasi kebutuhan garam terlebih dahulu di Kabupaten Sumbawa.
“Saya sudah minta ke dinas Koperindag UMKM dan Dislutkan untuk mendata jumlah produksi dan kebutuhan garam termasuk juga pasokan garam untuk Sumbawa darimana,” ucapnya.
Selain itu, pemerintah juga tengah berupaya untuk mendorong agar Aparatur Sipil Negara (ASN) bisa menjadi konsumen garam lokal Sumbawa. Apalagi garam ini kualitas nya bagus dan sudah beryodium.
“Kalau sudah kita sudah pakai garam lokal, tidak usah lagi kita pakai garam dari luar daerah karena kita sudah mampu,” tambahnya.
Tentu yang dibutuhkan saat ini lanjut Doktor Najam adalah komitmen pemerintah saja untuk menjadikan garam lokal memiliki tempat di hati masyarakat. Tentu sebelum proses tersebut, pemerintah harus mengetahui jumlah produksi terlebih dahulu termasuk juga konsumen.
“Saya pikir ketika kita sudah mengetahui berapa kebutuhan dan produksi Saya pikir untuk pemasaran nya sangat mudah. Karena garam ini kan kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat,” tukasnya. (ils)