KEPALA Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP) Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia, Ir. Ishartini melepas ekspor hasil kelautan dan perikanan NTB senilai Rp26 miliar. Negara tujuannya adalah Amerika Serikat dan Taiwan.
Pelepasan dilakukan di Kantor BPPMHKP Mataram, Sabtu, 26 Oktober 2024 bersama unsur dari Pemprov NTB. Diantaranya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Muslim, ST.,M.Si Kepala Dinas Perindustrian NTB, Hj. Nuryanti, SE.,ME, Kepala Dinas Perikanan NTB sekaligus Pjs Bupati Dompu, Baiq Nelly Yuniarti, Kepala BPOM di Mataram, Yosef Dwi Irwan. Didampingi juga Kepala BPPMHKP Mataram, Ni Luh Anggra Lasmika, dan stakeholder lainnya.
Ekspor produk tuna beku dan lobster beku dari Unit Pengolahan Ikan PT. High Point Fisheries dan PT. Blue Ocean Lobster yang telah tersertifikasi HACCP. PT. High Point Fisheries sudah mendapat sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) Grade A dengan ruang lingkup tuna beku, tuna saku, dan tuna cube. Sedangkan PT. Blue Ocean Lobster memiliki sertifikat HACCP Grade B dengan ruang lingkup lobster beku.
Berdasarkan data BPPMHKP, komoditi produk perikanan yang sudah diekspor oleh PT. High Point Fisheries dan PT. Blue Ocean Lobster selama tahun 2024 senilai Rp26 miliar dengan total volume 217 ton. PT. High Point Fisheries telah melakukan ekspor sebanyak 14 kali dengan tujuan Amerika Serikat dan PT. Blue Ocean Lobster sebanyak 8 kali dengan tujuan Macau, Shanghai, Thailand, Hongkong, dan Taiwan.
Ekspor produk tuna beku dan lobster beku asal NTB ini berasal dari bahan baku ikan tuna yang diolah rata-rata berasal dari hasil penangkapan kapal perikanan di Perairan WPP RI 713. Sementara lobster merupakan hasil budidaya dan tangkapan di Lombok Timur.
“Hal ini bukan hanya sekedar simbol, tetapi juga merupakan manifestasi dari sinergi dan komitmen yang kuat antara pelaku usaha dan instansi terkait dalam memajukan sektor perikanan dan pangan nasional,” ujar Ishartini.
Produk tuna beku yang diekspor ini beragam, ada dalam bentuk steak, cup dan sejenisnya. Produk ini sudah sesuai standar mengekspor, baik dari kemasaan, kualitas, hingga pengolahannya.
“Mereka kumpulkan di unit pengolahan, bersihkan. Kemudian dipack sedemikian rupa, vakum, diberi label dan itu dikirim ke Taiwan. Dan perusahaan sudah ada upaya mengembangkan ke tembus Amerika dan Uni Eropa untuk target kedepannya,” terangnya.
Ishartini menambahkan, salah satu kunci untuk memperbaiki perekonomian nasional dan daerah adalah peningkatan ekspor. Bukan hanya membantu para pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, tetapi juga untuk menghasilkan devisa negara. Potensi kita masih sangat besar. Dari sisi keragaman produk komoditi, dari sisi kreatifitas dan kualitas, dari sisi volume dan tujuan negara ekspor, kuncinya proaktif dan jangan pasif.
“Hari ini merupakan momen yang sangat penting, kita berkolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Dinas Perindustrian NTB, Dinas Perdagangan NTB, Balai POM dan stakeholder lainnya untuk sama-sama mengangkat pelaku usaha bisa menembus pasar global,” tuturnya.
Kegiatan ekspor ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, tetapi juga membuka peluang baru bagi produk-produk perikanan Indonesia untuk menembus pasar global. Ini adalah langkah nyata dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha di sektor perikanan, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam perdagangan hasil laut dunia.
“Dari NTB yang pulau kecil, sumber daya alamnya luar biasa. Komoditinya, ini merupakan andalan. Seperti lobster bisa sampai ekspor tentu memberikan kontribusi yang luar biasa di sektor perikanan,” demikian Ishartini.(bul)