Mataram (Suara NTB) – Bulan Bahasa dan Sastra dirayakan oleh masyarakat Indonesia setiap bulan Oktober. Puncak perayaannya dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Salah satu ikrar pada Sumpah Pemuda yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan menjadi alasan Bulan Bahasa dan Sastra dirayakan setiap bulan Oktober.
Pada 2024, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa merayakan Bulan Bahasa dan Sastra dirangkai dengan peringatan 100 tahun A.A. Navis. Hari lahir sastrawan berdarah Minangkabau tersebut turut dirayakan oleh UNESCO atas karya-karyanya yang memiliki pengaruh besar bagi sastra yang berkembang di Indonesia dan dunia.
Peringatan 100 tahun A.A. Navis serentak diperingati secara nasional di berbagai daerah di Indonesia oleh seluruh balai/kantor bahasa melalui berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan. Adapun tema dari Perayaan Bulan Bahasa dan Sastra tahun 2024 ini adalah “Berbahasa Cerdas untuk Generasi Emas”.
Rangkaian perayaan Bulan Bahasa dan Sastra telah dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi NTB sejak awal bulan Oktober. Pada 5 Oktober 2024, Balai Bahasa Provinsi NTB telah melaksanakan Lokakarya Penulisan Esai Perayaan 100 Tahun A.A. Navis: Suara dari Surau. Melalui lokakarya tersebut diperoleh 100 esai tentang A.A. Navis yang akan diterbitkan dalam Antologi Esai: Suara dari Surau.
Puncak perayaan Bulan Bahasa dan Sastra yang dilaksanakan Balai Bahasa Provinsi NTB dilaksanakan melalui kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra Tahun 2024: Peringatan 100 Tahun A.A. Navis di Hotel Lombok Raya, Senin, 28 Oktober 2024. Kegiatan ini diikuti 102 peserta yang terdiri atas perwakilan BPMP NTB, BGP NTB, siswa, mahasiswa, guru, dosen, penulis, anggota komunitas sastra dan literasi, duta bahasa, dan pegawai Balai Bahasa Provinsi NTB. Narasumber-narasumber yang hadir memberikan materi pada kegiatan ini merupakan para pakar di bidang sastra, yaitu I Nyoman Darma Putra, Oka Rusmini, dan Kiki Sulistyo.
Kepala Balai Bahasa NTB, Puji Retno Hardiningintyas menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada pejabat, narasumber, dan peserta yang telah hadir pada kegiatan ini. Puji Retno juga menyampaikan latar belakang peringatan hari lahir A.A. Navis. “UNESCO turut memperingati hari lahir A.A. Navis sebagai ikon pemantik sastra Indonesia. Melalui karya-karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa asing lainnya menjadikan sastra Indonesia semakin diakui dunia,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, Aidy Furqan berkesempatan memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan. “Sastra lahir bisa dari perenungan, pengalaman empiris, dan kemampuan imajinasi. Ketika kita reseptif terhadap karya sastra, cara yang paling tepat dalam mereproduksinya adalah dengan melakukan resensi karena untuk menghasilkan karya harus melalui membaca total karya tersebut,” ujarnya memberikan sambutan.
Kegiatan ini dirangkai dengan peluncuran nomenklatur baru Kantor Bahasa Provinsi NTB menjadi Balai Bahasa Provinsi NTB. Selain itu, kegiatan ini juga dirangkai dengan mengulas esai peringatan 100 tahun A.A. Navis. Prof. Darma mengulas karya A.A. Navis yang berjudul Kemarau.
Ia membahas pergolakan yang ada di tengah masyarakat yang diramu menjadi novel oleh Navis. Berbeda dengan Prof. Darma, Oka Rusmini memaparkan tentang karya-karya A.A. Navis yang berkaitan dengan nasib perempuan. Ia juga memaparkan beberapa pengarang perempuan dan karyanya.
Selain dua narasumber tersebut, Kiki Sulistyo juga menerangkan tentang karya-karya A.A. Navis dan bagaimana membedah sebuah sastra. “Apa yang ingin dikatakan penulis telah ada dalam karya sastra yang dibuatnya. Jadi, kita tidak perlu lagi bertanya maksud dari penulisan sebuah karya sastra kepada penulisnya langsung. Karena karya yang akan kita bedah adalah karya sastra itu sendiri dengan teks yang ada di dalamnya,” ujarnya.
Selanjutnya, acara diisi dengan sesi diskusi yang berjalan hangat. Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi dalam menyimak materi. Ketertarikan peserta terhadap sastra tampak melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber.
Kegiatan diakhiri dengan pemberian hadiah lawang kepada lima peserta yang paling aktif pada kegiatan ini. Di akhir sesi, Sabda Buana, siswa MAN 1 Mataram, memberikan pesan dan kesan terkait kegiatan ini. (ron)